Laman

Senin, 04 Juli 2011

Konser Iwan Fals - CIKAL

Liputan Konser Bulanan Iwan Fals & Band Juli 2009 – CIKAL


Sabtu, 25 Juli 2009, PT. Tiga Rambu (perusahaan milik Iwan Fals) kembali menggelar konser bulanan Iwan Fals & Band di Panggung Kita desa Leuwinanggung Cimanggis Depok. Konser kali ini memilih tema Cikal, yaitu nama anak kedua Iwan Fals yang juga menjadi salah satu judul album dan lagu Iwan yang edar tahun 1991. Tema ini dipilih berkaitan dengan peringatan Hari Anak Nasional yang jatuh pada tanggal 23 Juli 2009.

Konser yang disponsori sepeda motor TVS, majalah Rolling Stone Indonesia dan majalah Trax ini dimulai pukul 15.15 WIB. Kali ini tata panggung berlatar biru langit dan banyak sekali ornamen mainan anak-anak. Iwan Fals membuka konser sore itu dengan lagu Nak. Penonton sedikit terkejut ketika personil Iwan Fals & Band hanya terlihat 4 orang minus Sonata dan Cok Rampal. Iwan Fals menjelaskan kepada penonton bahwa Sonata sebagai lead gitar mundur karena ingin lebih fokus mengurusi bandnya sendiri yaitu KLAKI. Klaki adalah grup band yang khusus membawakan lagu-lagu daerah Bangka, daerah asal Sonata. Sedangkan Cok Rampal pemain mandolin/gitar dan juga musisi senior yang sering terlibat dalam pengerjaan album-album Iwan Fals ingin lebih fokus mengurusi galeri seninya.

Setelah lagu Nak, Iwan Fals membawakan sebuah puisi yang merupakan pemenang Karyakita edisi Juli 2009. Beturut-turut lagu Siang Pelataran SD Sebuah Kampung dan Ujung Aspal Pondok Gede dibawakan. Hujan pun turun mengiring kedua lagu tersebut. "Wah hujan, gimana lanjut ?", tanya Iwan Fals yang dijawab “lanjut..!” oleh para penonton. "Nanti kalo masuk angin jangan salahain gue ya!", balas Iwan Fals.

Iwan Fals meminta maaf kepada penonton karena selain Sonata dan Cok Rampal, salah satu kru Iwan Fals & Band yang memegang peranan sangat penting yaitu Ayub mengundurkan diri juga. Posisi Ayub sangat penting karena memegang monitor kontrol suara dan teknisi peralatan. Oleh sebab itu andaikata ada suara yang tidak enak mohon dimaafkan ujar Iwan Fals. Irama reggae kemudian mengalun menjadi intro lagu Mereka Ada Di Jalan. Kekosongan distorsi gitar dari Sonata dan Cok Rampal diisi oleh permainan harmonika Iwan Fals dan keyboard dari Edi Daromi.

"Banyak lagu anak yang saya buat hanya melihat dari sisi gelapnya saja, tolong dimaafkan karena saya tidak bisa membuat lagu anak dari sisi terangnya…", ujar Iwan Fals mengawali lagu Potret.

"Sudah banyak anak-anak yang mati dijalanan, termasuk yang tumbuh besar di lokalisasi dan menjual tubuh ibunya…", tambah Iwan Fals sebelum lagu Gali Gongli di bawakan.

Yang menarik, ketika Iwan Fals membawakan lagu Sunatan Masal, pemain keyboard Edi Daromi yang juga tergabung di band Elpamas menjadi bahan candaan di antara mereka dikarenakan dia waktu kecil ikut di khitan secara masal. Di lagu inilah penonton mulai bisa bergoyang lepas setelah 6 lagu awal hanya berjoget biasa karena lagu yang dibawakan termasuk lagu-lagu dengan irama lamban.

Bintang tamu yang tampil pertama adalah Imaniar. Bersama Iwan Fals, Imaniar membawakan lagu Siang Seberang Istana, Senandung Istri Bromocorah, serta lagu Imaniar sendiri berjudul Kacau dan Ironi. Di Lagu Siang Seberang Istana Imaniar memainkan saxophone, sedang dilagu Kacau, Iwan Fals diajak nge-rap oleh Imaniar. Ketika Iwan Fals nge-rap penonton bertepuk tangan dan terbahak-bahak. "Wah, kacau tapi asyik kan?", celetuk Iwan Fals.

Setelah itu lagu Untuk Yani, Kaum Urbanis dan Na Na Na Na dibawakan. Di lagu Untuk Yani terasa sekali kekosongan yang ditinggalkan Sonata dan Cok Rampal. Iwan Fals memainkan harmonikanya untuk mengganti melody yang biasa diisi oleh Sonata dan Cok Rampal. Permainan musik terasa kurang menggigit karena tidak adanya distorsi gitar yang biasanya meraung-raung. Tapi bagi sebagian penonton mereka tetap merasa enjoy karena yang penting Iwan Fals yang nyanyi.

Setelah Imaniar, kemudian tampil grup band Letto mendampingi Iwan Fals membawakan lagu Sore Tugu Pancoran, serta lagu Letto berjudul Sandaran Hati, Sampai Nanti... Sampai Mati dan Lubang di Hati. Di tengah lagu Sore Tugu Pancoran, Noe (vokalis Letto) membacakan sebuah puisi karya ayahnya, Emha Ainun Najib yang berjudul "Kemana Anak-Anak Itu ?".

"Sudah Magrib ya ?", tanya Iwan Fals. "Belum ......", jawab penonton. "Kita wajib ya menjaga mainan agar tidak punah, agar anak cucu kita masih mengenal mainan dan tidak tergantikan oleh televesi dan permainan-permainan modern....", kata Iwan Fals sebelum membawakan lagu berjudul Lagu Enam yang diambil dari album Hijau.

Akhirnya tiba di penghujung acara. Konser yang kali ini tidak penuh penonton ditutup dengan lagu Cikal yang merupakan puisi putri Iwan ketika waktu kecil. Yang menarik, di lagu ini pemain bass kidal Heirrie Buchaery memainkan gitar akustik dengan tangan kanan. Menarik juga permainan gitar Heiriie Buchaeri yang tidak biasa terlihat.

"Insya Allah, jika izin keluar dari TMII (Taman Mini Indonesia Indah-red), Panggung Kita akan diadakan tanggal 15 atau 16 Agustus 2009 bertepatan dengan Jambore OI yang sekaligus memperingati hari jadi OI yang ke-10, mudah-mudahan izinnya keluar karena panitia dari OI sudah bekerja keras mewujudkan semua itu. Terima Kasih .. Sampai Jumpa Lagi !!!", ujar Iwan Fals menutup konser ketika Magrib menjelang. (fk/sb)

--------------------------------------








Konser Iwan Fals & Band

“CIKAL”
Tempat: Panggung Kita – Leuwinanggung, Depok
Hari/Tanggal: Sabtu, 25 Juli 2009
Jam: 15.15 WIB
Bintang Tamu: Imaniar & Letto

--------------------------------------

Daftar Lagu:
1. Nak
2. Siang Pelataran SD Sebuah Kampung
3. Ujung Aspal Pondok Gede
4. Mereka Ada di Jalan
5. Potret
6. Gali Gongli
7. Sunatan Masal
8. Siang Seberang Istana (feat. Imaniar)
9. Senandung Istri Bromocorah (feat. Imaniar)
10. Kacau (Imaniar feat. Iwan Fals)
11. Ironi (Imaniar feat. Iwan Fals)
12. Untuk Yani
13. Kaum Urbanis
14. Na Na Na Na
15. Sore Tugu Pancoran (feat. Letto)
16. Sandaran Hati (Letto feat. Iwan Fals)
17. Sampai Nanti... Sampai Mati (Letto feat. Iwan Fals)
18. Lubang di Hati (Letto feat. Iwan Fals)
19. Lagu Enam
20. Cikal

--------------------------------------

Iwan Fals & Band (formasi Juli 2009):
Iwan Fals : gitar akustik, harmonika, vocal
Edi Daromi : keyboard, backing vokal
Heirrie Buchaery : bass, gitar akustik, drum elektrik, backing vokal
Deni Kurniawan : drum, gitar akustik, backing vokal

IWAN FALS - BARANG ANTIK





Kategori:Musik
JenisRakyat
Artis:IWAN FALS 1984
IWAN FALS - BARANG ANTIK - KUMENANTI SEORANG KEKASIH
Produksi Musica tahun 1984
Musik : Willy Soemantri

Album ini dirilis sekitar bulan April 1984 [dari data PH] dan bulan Juni 1984 [data dari kaset]. Kenapa gw mencoba menampilkan album ini ? padahal udah ribuan yang mengulas album2 Iwan Fals ?

yuuuk..gw coba menceritakan album ini versi dOeL,

Pertama melihat cover kaset cukup menarik dimana IF membaca majalah sambil bersandar di sepeda balap, sedang gambar didalamnya IF duduk di atas peti sambil bertelanjang dada dan bersarung [liat insert] ..gambar tersebut hanya ada pada cover cetakan awal 1984....cukup unik bukan ?

di album ini Iwan Fals tidak menciptakan semua lagu ada beberapa lagu aja, kok bisa yah ? secara IF adalah pencipta lagu2 nya sendiri. Menurut artikel album ini adalah jawaban dimana IF di tantang menyanyikan lagu orang lain dengan gayanya sendiri. kalau disimak memang lagu lagu di album ini dinyanyikan gaya IF yang spontan [seperti lagu Sunatan Masal yg ditengah lagu IF nyeletuk "capek nyanyi gila nih".. atau "sabodo"

Ada hal yang berbeda ketika album ini di rilis dalam format Piringan Hitam, selain jumlah lagu yang lebih sedikit ternyata ada satu lagu berjudul "LUKA" yang tidak dimasukan kedalam format kaset. Entah pertimbangan apa yang terjadi disana....?

Rekaman album ini pun telah rampung disaat IF di interograsi di Pakan Baru selama 12 hari sejak terhitung 14 April 1984.

dalam Format kaset Iwan Fals hanya menciptakan satu lagu saja di lagu "jangan Bicara" walau di Format PH juga menciptakan lagu "LUKA"

Mari kita lihat musisi yang terlibat didalamnya :

1. WILLY SOEMANTRI, ini dia Penata musik yang memperkenalkan IF di jalur Country sejak album Sarjana Muda. 6 + 12 senar acoustik, Electrik guitar, Banjo dan percussi.
2. DODO ZAQARIA, Electrik Piano & Keyboard
3. SOPYAN ALDIN , BASS
4. JELLY TOBING , Drum pada lagu "Asmara Pncaroba & " Salah Siapa"
5. ZAINURI, DRUM
6. LULUK PURWANTO , BIOLA
7. DAMA GAOK, Banjo pada lagu "Oplet Tua" & Backing vocal
8. IWAN FALS, Harmonika, Gitar pada lagu " Onani / Jangan Bicara"
9. RUSMIN, Penata REkam & Operator
10. GERRY, PENATA REKAM
11. BOEDI SOESATIO, Desain Grafis
12. JUDO SAIMUN, Photo grafer

lagu lagu dalam format kaset :

1. Barang Antik Cipt. DIAT,
lagu bercerita carut marutnya jalan raya di ibukota Jakarta ini, terlalu banyak kendaran didalamnya dan tentang sopir tua pengendara oplet yang sekarang sulit diketemukan.

2. Kumenanti Seorang Kekasih Cipt. YOES YONO
lagu ini di disodorkan si penciptanya sejak tahun 1982, dan baru tahun 1984 IF membawakan nya. lagu tentang sesorang yg menanti pacarnya di suatu tempat, cukup unik sebab IF membawankannya dengan suara rendah serak dan berirama gembira di tengah lagu pun IF nyeletuk kata "assiikk".

3. Sunatan Massal Cipt. CHILUNG RAMALI
Chilung adalah adik dari musisi Zaenal Combo dari awal beliau sudah terlibat dalam beberapa penciptaan lagu di album IF. Lagu ini bercerita tentang riuhnya suasana pada suatu pesta sunatan massal.

4. Jangan Bicara Cipt. IWAN FALS
Lagu tentang rasa nasionalisme yg hilang, bawahan yang selalu menjadi korban, dan pengangguran. disini IF memainkan gitar akustiknya diselingi Harmonika.

5. Asmara & Pancaroba Cipt. JAYA SUSANTO
Aransemen di lagu ini cukup lengkap band, harmonisasi nya menyatu dengan vokal sang penyanyi musik yg dominan oleh Drum dan Gitar Rhytm elektrik.

6. Tante Lisa Cipt. DAMA GAOK
lagu yang di awali oleh Siulan dan lirik bercerita seorang wanita centil dan sudah menjanda setahun. lirik yang waktu itu lagi "in" tante tante yang membutuh kan "brondong" hahahahaha...

7. Salah Siapa Cipt.RICHARD KYOTO
Lagu ini cukup keren dimana gebukan Drum Jelly Tobing yang menghentak di tengah lagu serta sound yang jernih sehingga pukulan drum bebrbunyi seperti menggunakan efek gema.

8. Nyanyianmu Cipt. YOSI
Musik akustik gitar yang dominan dilagu ini membuat makin keren aja ditambah suara IF bernada tinggi saat Reff. seperti suara sengau.

9. Jalan Yang Panjang Berliku Cipt. TOMMI & MARIE
sepasang Suami Istri ini cocok sekali menciptakan lagu lagu untuk penyanyi. untuk lagu ini diawali dengan suara rhytm gitar dan efek suara hembusan angin dan hentakan Bass di saat Reff kedua.

10. Neraka Yang Asik Cipt. WILLY .S / TOMMI
Sepintas awal lagu ini mirip dengan lagu DYER MAKER-nya Led Zepplin, apa karena rhytm gitar yang dimainkan hampir sama atau apa karena lirik awal yg ada ' o..o..o' nya ? yang jelas suara Drum lebih dominan dalam lagu ini

Inilah jawaban dari tantangan tersebut dimana ternyata IF bisa menyanyikan lagu yang diciptakan orang lain, bahkan banyak yang menyangka lagu-lagu tersebut adalah ciptaan IF sendiri.

ternyata kita rindu seorang Iwan Fals yang bernyanyi dengan "spontanitas" baik dalam rekaman atau konser live.... apakah masih ada ?

Iwan Fals: Tetap Gelisah





Iwan Fals: Tetap Gelisah

Minggu, 9 Mei 2010

Oleh Myrna Ratna & Frans Sartono

Iwan Fals (49) tetap menyanyikan kegelisahan rakyat. Kini ia gelisah dengan masalah lingkungan hidup yang semakin parah. Dia juga berdoa dalam lagu. Itulah yang ia sodorkan pada album terbarunya ”Keseimbangan”.

Kami mengobrol dengan lelaki bernama Virgiawan Listanto itu di salah satu sudut halaman rumahnya di Desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok, yang teduh dan hijau oleh rindang pepohonan dan rerumputan. Sore itu Iwan habis latihan bersama rekan-rekan musisi, seperti Toto Tewel (gitaris), Edi Daromi (keryboards), Deni Kurniawan (drum), dan Heirie Buchaery (bas).

Ia bercerita tentang PT Tiga Rambu, perusahaan yang dikelola oleh keluarga Iwan, termasuk istrinya, Rosana Listanto, yang akrab disapa dengan panggilan Yos, serta anaknya, Anissa Cikal Rambu Basae.

Nama Tiga Rambu diambil dari nama tiga anak Iwan, yaitu Galang Rambu Anarki (1982-1997), Anissa Cikal Rambu Basae (25), dan Rayya Rambu Robbani (7). Tiga Rambu tengah menyiapkan Iwan dan kelompoknya

untuk perjalanan keliling ke sejumlah pelosok. Ia menyiapkan sebuah mobil yang khusus dirancang untuk perjalanan kelompok musik yang mengembara dari satu kota ke kota lain, termasuk ke komunitas pesantren dan nelayan.

Inilah babakan baru kehidupan Iwan sebagai seniman. Ia bisa dengan lebih akrab mendekati pendengarnya dan menyuarakan keresahan orang-orang di sekitarnya lewat lagu langsung ke telinga rakyat.

Lingkungan

Masalah lingkungan memang bukan tema baru dalam lagu-lagu Iwan. Awal tahun 1980-an dia sudah menyanyikan ”Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi” sampai ”Tak Biru Lagi Lautku”. Dalam Keseimbangan ada empat lagu, seperti ”Hutanku”, ”Pohon untuk Kehidupan”, ”Tanam Siram Tanam”, dan ”Ayolah Mulai”.

Ini kegelisahan Anda ?

Ini bermula dari kekhawatiran aku tentang alam. Orang bilang sekarang terjadi global warming, pemanasan global. Kutub utara sudah mencair, malah ada yang bilang bumi sudah tidak bundar lagi sehingga putarannya enggak bener dan cuaca tak bisa diduga. Bumi diambilin emas, tambang, dan hutannya. Populasi penduduk bertambah, perang. Waduh….

Tetapi, kan tidak terus mentok, terus khawatir. Tapi harus ada jalan keluar. Kita enggak bisa terus mengeluh. Aku percaya itu akan didengar petani, nelayan terpanggil untuk kerja. Siapa tahu dengan lagu itu ada harapan, kesadaran. Mati, itu sudah pasti, maka kita ngomong kehidupan saja.

Mengapa makin fokus ke lingkungan?

Umur juga, ya, ha-ha-ha... Dulu nyanyi tentang lingkungan buat gagah-gagahan saja. Aku (dulu) nyanyi tentang hutan dan erosi. Sekarang ini tak ada pilihan lain. Ini jawaban buat krisis lingkungan hidup.

Dan faktanya kita sudah terancam dari-mana-mana, dari atas dari bawah. Enggak ada jalan, kecuali kerja untuk kehidupan. Caranya masing-masing. Tak ada istilah terlambat.

Anda mengajak fans untuk menanam ?

Kita ajak mereka nanem. Dulu ada gerakan Indonesia Menanam di Kemayoran dan aku terlibat juga. Kemarin ini, ini kita nanem di Jonggol. Kami juga menanam mangrove di Pekalongan, Cianjur, dan lainnya.

Jonggol itu tanah pribadi aku. Ada sekitar 20 hektar yang dulunya lahan kering. Pohon-pohon ditebangin karena dulu katanya mau dibuat perumahan.

Aku lihat tanah telantar aku beli. Ya sudah rezeki. Kita mau hutanin, Kami tanam 5.000 pohon. Sebelumnya kawan-kawan Oi (ormas yang mayoritas anggotanya penggemar Iwan) menanam 1.000 pohon.

Sebelumnya ada teman-teman dari Go Blue mengajak kami balik ke laut. Katanya, laut itu lumbung terakhir. Terumbu karang sudah tinggal 6,2 persen yang sehat. Sementara 60 persen orang kita tinggal di pesisir. Lha, itu kan rumah ikan. Kalau ikan enggak ada, lalu gimana?”

Seratus persen

Iwan sadar benar akan posisinya sebagai penyanyi, penulis lagu. Di satu sisi, ia tetap memegang idealismenya. Di sisi lain, ia paham kondisi industri musik Tanah Air. Saat berangkat masuk industri, ia bekompromi bahwa 70 persen untuk idealisme dan 30 persen untuk melayani kepentingan industri. Kini dengan Tiga Rambu, Iwan memang 100 persen idealisme itu. Kini Tiga Rambu-lah yang meladeni Iwan 100 persen.

”Album ini diurus anak dan istri. Yos sama Cikal. Yos jadi direktur. Sebenarnya aku komisaris he-he-he, tapi minta mundur. Aku konsen nyanyi sajalah. Ternyata mereka sudah dua tahun kerja. Aku kaget juga. Walau terengah-engah, dia semua yang ngurus. Aku ya cuma gini-gini saja. Konserku dalam

setahun dibuatin sama dia. Pakai tema pula. Kemarin tentang ASI, green peace, almarhum Munir, guru. Akhirnya aku jadi manja juga ha-ha-ha.... Kalau main, konser gitu-gitu saja males juga. Harus ada yang disampaikan. Dapet duitnya sih enak, tapi kalau cuma tepuk tangan untuk apa, males juga.”

”Sikap ini sebenarnya sudah sejak dari dulu ketika aku berangkat main musik. Niat aku sudah begitu. Kita bisa berbuat sesuatu kok lewat musik. Buktinya ada lagu ”Maju Tak Gentar”, jadi berdaya benar musik itu. Kita bisa omong tentang pohon, politik, Tuhan. Tempatku bukan di klangenan.”

”Cuma karena aku masuk industri, aku ikut arus dan menyanyi (yang 30 persen) itu. Tapi jalurku sebenarnya tetap di situ (berbuat sesuatu lewat musik). Apalah anak umur 19 tahun waktu itu. Tapi, aku cukup gelisah dan aku tak menyerah. Aku bilang sama perusahaan rekaman, ’Oke 30 persen aku ladeni kamu dan 70 persen buat aku.’ Apakah jadinya 50 persen atau berapa aku enggak tahu ha-ha-ha.... Tapi, dalam perjalanan akhirnya sekarang aku 100 persen. Itu setelah aku dipegang sama istriku.”

Gamang

Dalam perjalanan hidupnya, Iwan pernah sangat terpukul, yaitu ketika ia kehilangan seorang anaknya. Ia memerlukan waktu 10 tahun untuk menerima kenyataan hidup. Ia menyebut masa-masa itu sebagai krisis. Salah satu penguat jiwanya pada masa krisis itu adalah syair yang ia dapat dari Perguruan Silat Bangau Putih. Syair itu dibuatnya menjadi lagu berjudul ”Suhu” yang dinyanyikan di album Keseimbangan.

”Suhu” :

Kekuatan ada batasnya, keluwesan tak ada batasnya
Tak ada Kuda-kuda yang tak bisa dijatuhkan
Karena itu geseran lebih utama
Keunggulan geseran terletak pada keseimbangam
Rahasia keseimbangan adalah kewajaran
Wajar itu kosong
Membentur dapat diukur, menempel sukar dikira
Mundur satu langkah maju delapan langkah
Kosong dan isi bergantian menurut keadaan

Bagaimana lagu itu muncul?

Ada teman dari Perguruan Silat Bangau Putih yang mengingatkan aku. Waktu itu aku punya krisis dan syair itu menolong aku. Aku gathuk-gathukin—dihubungkan. Dengan semesta, apa bedanya kita dengan semesta. Manusia kan cuma miniatur alam. Waktu aku mendengar syair itu, aku terbantu, siapa tahun alam juga terbantu dengan syair tentang keseimbangan

Jadi, enggak bisa kita dengan kekerasan. Siapa tahu itu jadi inspirasi bagi penggerak lingkungan, pencinta kemanusiaan, atau orang yang ingin hidup lebih baik.

Dalam menghadapi persoalan aku tak bisa main hantam. Harus memunguti hikmah-hikmah. Ini yang dimaksud geseran. Kita enggak bisa hadapi itu dengan main hantam. Bisa mati kita. Ternyata aku perlu waktu 10 tahun menghadapi itu dan baru selesai sekarang. Itu masalah kehilangan. Padahal, semua orang sebenarnya tahu akan kehilangan. Untuk ikhlas itu susah. Sebelumnya untuk mengatasi rasa kangen itu aku sampai nangis-nangis. Tapi, ternyata masih banyak persoalan hidup yang lain.

Politik dan amarah

Lagu-lagu yang dinyanyikan Iwan dulu bagai penyambung suara kegelisahan rakyat. Nakal, galak, dan komikal. Ada pula rasa amarah. Tersebutlah ”Guru Oemar Bakri”, ”Wakil Rakyat”, ”Ambulan Zig-Zag”, ”Bongkar”, dan ”Bento”.

Situasi sekarang tak cukup menggelisahkan Anda?

Sebenarnya aku agak bingung juga. Banyak masalah di negeri ini. Ada kasus Century, hakim sogokan. Tapi, begitu ada tsunami, aku jadi imun. Bukan dalam arti negatif ya. Tapi, ujungnya kok cuma itu: Bencana. Berapa ratus ribu orang meninggal. Terus kerusuhan. Ah....

Tsunami ?

Jadi, sepertinya akhirnya ini harus alam yang menyelesaikan. Alam juga punya aturan, bukan hanya manusia. Kalau pinjam istilah Mas Willy (sebutan untuk almarhum Rendra) kan ada alam besar dan alam kecil. Itu tak boleh dilanggar. Enggak makan kita lapar, nebang pohon pasti banjir. Kita harus taat hukum alam itu. Tsunami itu jawaban tentang kehancuran yang kita buat. Tsunami itu puncak dari daya mati. Kita harus mengurus kehidupan.

Sudah lelah dengan politik dan tidak marah lagi ?

Siapa sih yang enggak marah kalau dengar cerita tentang manusia di koran, di TV. Marah dengan sinis, karikatural, bercanda bisa. Tapi, marah seperti orang demo enggak bisa. Marah itu merusak jeroan. Dulu aku tak tahu itu.

Nakal dan bijak

Kenakalan Iwan sudah hilang?

Lho, aku makin nakal kan makin enggak keliatan ha-ha-ha..., aku tidak menganggap remeh hidup. Hidup kan cuma mampir ngombe-minum. Kalau nakal kurang ajar, sudah enggak. Mungkin dulu zaman muda, aku penuh prasangka. Sekarang banyak pelajaran tentang prasangka-prasangka. Lihat kenyataannya saja. Nyatanya kru aku susah bayar listrik. Dulu tak perlu kenyataan seperti dan aku berani nuduh-nuduh. Mungkin itu maksudnya nakal.

Bagaimana mungkin emosiku sama seperti ketika aku nyanyi ”Oemar Bakri”. Bedalah, wong dulu aku bikin lagu itu umur 17 tahun dan sekarang umur aku hampir 50. Mungkin, aku lebih gendeng lagi. Dulu aku menafsirkan sesuatu dengan sinis. Mungkin, sekarang aku enggak sinis.

Makin bijak?

Mungkin aku sudah ngalamin bijak sampai uban keluar semua ha-ha-ha. Sok bijak dan jaim. Aku lewati tahapan itu dan mungkin bosen juga. Ah, aku ngglundung saja. Hidup mengalir saja.

Lagu ”Menanti Kekasih” itu dua kali direkam dengan gaya yang berbeda. Apakah ada penafsiran baru?

Ah, waktu itu aku sebel dikasih lagu pacar-pacaran seperti itu. Tapi, itu masuk yang 30 persen tadi. Makanya, aku (dalam lagu) pakai ”asyik...”. Tapi aku komit dengan yang 30 persen itu. Tapi dalam perkembangan zaman, kekasih itu kan enggak harus kekasih, pacar. Rupanya ada yang menerjemahkan kekasih itu sebagai Tuhan. Waduh, enggak boleh main-main lagi aku. Dan itu cocok di umurku sekarang untuk menafsirkan itu. Jadi lebih serius.

Anda intens bicara tentang Tuhan.

Soalnya aku bingung mau ngadu ke mana?
Jalan keluar kita juga berdoa kepada Tuhan. Kenapa negeri ini, masa depan seperti apa, gimana, kok gelap terus, kapan cerahnya?

Doa

Pikiran dan hati ini gelisah
Menimbang masa depan dengan gamang
Sungguh hati ini tak tenang
Sungguh kami takut, Ya Allah...”

Anda seperti berdoa pada lagu ”Ya Allah Kami” ?

Itu puncak kenakalan justru he-he-he aku enggak mau kaku ke Tuhan. Aku ingin bercanda dengan Tuhan. Tuhan mahabercanda juga. Jadi, makin enggak takut. Aku seperti tak nyanyi, tapi bermain dengan syair itu.

Masih bisa bikin dan nyanyi lagu cinta remaja ?

Aku perlu ngikutin mereka. Tapi, aku sudah tak punya tenaga untuk itu (membuat lagu cinta remaja). Dan aku tak mau. Waktuku bisa habis. Aku bawa diri aku saja sekarang. Kalau mereka bisa menerima ya alhamdulillah. Tapi aku enggak mungkin menjadi orang lain.

sumber & Scan : kompas

1 9 1 0 (19 Oktober)





Kategori:Musik
JenisRakyat
Artis:IWAN FALS
IWAN FALS - 1910
Produksi Musica Studio's
Tahun 1988
Arr. Musik Ian Antono
Operator : Heiry Buchaeri
desain : Budi Soesatio

Inilah Album peralihan seorang iwan fals dari musik folk balada menjadi folk rock. seorang Ian Antono membentuk karakter suara IF yang tebal dengan raungan gitar yang terkadang lembut terkadang keras distorsi. Suara IF pun dibiarkan lepas (diakhir lagu terdengar teriakan sengau).

Album yang dibuka dengan Pop Manis ala remaja waktu itu "buku Ini Aku pinjam" yang menurut saya "gak iwan banget" tetapi kekuatan dilagu itu adalah kesederhanaan yang membuat album ini laris manis, atau lagu "ibu" yang menyentuh hati dengan lirik tajam menohok nurani.

Ian Antono, ini bukan pertama kalinya ia bekerja sama dengan iwan fals, jauh beberapa taun sudah bekerja sama me-arransemen lagu :
- "galang rambu anarki" 1982
- album "sumbang" 1983 (kecuali tampomas II)
- lagu "ethiopia" 1985

Side A :
1. BUKU INI AKU PINJAM, Cipt. iwan fals
lagu yang bercerita remaja yang menunggu kekasihnya di halte dengan alasan meminjam buku (lagu ini gak ngetop lagi karena bukunya udah di balikin hahahah)

2. ADA LAGI YANG MATI, Cipt. iwan fals
bercerita tentang terbunuhnya sesorang di tempat sampah dan sahabat dekatnya pun mendendam ingin mencari siapa yang berbuat terhadap temannya itu, yah dendam ada dimana-mana.

3. IBU, Cipt. iwan fals
lagu dengan notasi dan lirik yang dasyat, menyentuh hati, bagaimana perjuangan seorang ibu yang tanpa pamrih merawat kita. "lalu doa-doa baluri sekujur tubuh ku dengan apa membalas...ibu..ibu.."

4. MIMPI YANG TERBELI, Cipt. iwan fals
lagu yang berkisah seorang anak pencuri yang mencuri di sebuah pasar swalayan karena harga-harga yang tak terjangkau.

5. BALADA ORANG-ORANG PEDALAMAN, Cipt. iwan fals/ian antono
kisah balada orang suku pedalaman yang dengan mudahnya di bodohi orang kota, rusak hutannya ini inti dari lagu tersebut.

SIDE B :
1. N A K, Cipt. iwan fals
disini iwan menuangkan unek2 & harapannya terhadap sang anak agar menjadi orang yang kuat disituasi yang berat.

2. SEMOGA SAJA KAU BENAR, Cipt. iwan fals
kisah transmigrasi yang menjadi harapan bagi sebagian rakyat Indonesia saat itu, dan salah satu program pemerintah...eh transmigrasi apa kabarnya yah ..?

3. ENGKAU TETAP SAHABATKU, Cipt. iwan fals/ma'mun
kisah yang dasyat seorang sahabat yang rela membantu temannya dalam sebuah pelarian karena dikucilkan lingkungan "air putih aku hidangkan, ku dipersimpangan, aku hitung semua lukanya, seribu bahkan lebih, sejuta lebih"

4. PESAWAT TEMPURKU, cipt. iwan fals
kisah seorang penganggur yang bermimpi punya pacar dan ada pesan diliriknya "oh ya andai kata dunia tak punya tentara, tentu tak ada perang yang banyak makan biaya"...dari lagu cinta langsung ke persoalan dunia..lirik yang jenius.

5. 1 9 1 0 , cipt. iwan fals
19 Oktober 1987 adalah tragedi Bintaro . tragedi tabrakan kereta yang menewaskan ratusan orang sia-sia, disini iwan menunjuk sesorang di balik meja yang tau mau bertanggungjawab atas kejadian tersebut. Sampai sekarang perkereta apian kita makin semerawut.Musik disini sangat KOOR dan megah suara latar ian antono yang khas dan teriakan iwan yang lepas.

Perbedaan Album 1910 cetakan pertama dengan cetakan berikutnya:
1. adanya cover dalam bergambar IF yang sedang menunjuk dan cap jempol merah serta karcis.
2. lagu 1910 full version sampai habis (terdengar suara kereta)
3. lagu NAK di side B hanya berdurasi pendek (2 menitan) dari durasi asli 3 menitan.

Cetakan berikutnya :
1. gak ada cover dalam bergambar iwan dan cap jempol serta karcis
2. lagu 1910 berdurasi lebih pendek (hilangnya suara kereta)
3. lagu NAK di side B berduasi lebih panjang (3 menitan)

Iwan Fals : Yus...Gayus...Sus..NOOO


Iwan Fals : Yus...Gayus...Sus..NOOO

dd
d
dd
Yus...Gayus...Sus..nO.... itulah kata yang sering di ucap Iwan fals disaat konser
I like Monday Hard Rock Cafe Jakarta 31 Mei 2010. Di akhir lagu "Tikus Tikus Kantor" Yus Gayus mulai berkumandang...apalagi saat lagu Bento diperdengarkan semua penonton berjoged lalu kata gayus pun diplesetkan setelah kata Bento....Gayus...Bento ...Gayus...


Acara malam itu sangat rileks banyak jokes dari Iwan Fals yang segar ditelinga, dari soal Gayus Susno, atau pas mau membawakan lagu Iwan bilang " Semoga Ibu Ainun mendengar dari sana " atau tiba2 Iwan menyebut kata "Israel" ..lalu penonton bersorak....

Sayang acara ini sangat singkat gak terlalu lama, permainan semi akustik digeber tanpa distorsi gitar elektrik.

list lagu :
1. Mata Indah Bola ping pong
2. Aku Bukan Pilihan
3. Ijinkan Aku Menyayangimu
4. Antara aku, Kau dan Bekas Pacarmu
5. Oemar Bakeri
6. Tikus kantor
7, Bento
8. Mata Dewa
9. Pesawat Tempurku
10. ^o^ (Kasihku)
11. Tanam siram
12. Satu - Satu

yang bunyiin alat musik :
Iwan Fals : Akustik, Harmonika
Totok Tewel : Akustik Gitar
Heiry Buchaery ; Bass
Edi Doremi : Keyboard
Deny K : Drums

Rumah Alam Iwan

Rumah Alam Iwan Fals”Lestarikan alam hanya celoteh belaka....” Itu kritik Iwan Fals lewat lagu ”Isi Rimba Tak Ada Tempat Berpijak Lagi”. Bagi Iwan, merawat alam bukan hanya celoteh, tetapi tindakan. Bukan kebetulan kalau spirit itu tergambar di rumahnya.
Myrna Ratna dan Frans Sartono

Hujan baru saja berhenti di Desa Leuwinanggung, Cimanggis, Depok, Jawa Barat. Sore sudah menjelang. Bau tanah yang baru tersiram hujan menyesap hidung. Suara jangkrik sesekali terdengar di kejauhan.

Dengan bersandal jepit Iwan mengajak kami berkeliling halaman rumahnya yang asri. Halaman yang diidamkan akan menjadi hutan kecil dalam beberapa tahun mendatang. Materinya sudah tersedia: lahan yang sangat luas, pohon-pohon rindang yang sudah berbuah, bentangan gunung yang menjadi ”background”, dan pemilik rumah yang cinta tanaman.

”Nih mangga gedong gincu. Aku pernah baca katanya sih buah ini makanan favorit di Gedung Putih. Enggak tau deh bener atau enggak,” kata Iwan sambil terkekeh.

Di sekeliling pohon mangga yang rimbun itu ada juga pohon manggis, rambutan, duku, kecapi, pepaya, pisang, dan masih banyak lagi. Rimbunan pohon ini ”dibelah” oleh jalan setapak, yang katanya sering dijadikan jogging track oleh Iwan.

Dari semua pohon buah yang ada, Iwan mengaku paling suka menyantap pepaya. ”Biar berkicaunya tambah mantap ha-ha-ha,” kata Iwan berseloroh.

Selain pohon-pohon buah, sebagian tanah juga ditanami sayur-sayuran, seperti bayam, cabai, mentimun, selada. Paling tidak, kebutuhan sayuran sehari-hari keluarga ini sebagian terpenuhi dari halaman rumah.

Di salah satu sudut yang agak terbuka, kami sejenak menghentikan langkah ketika melewati tiga buah makam. ”Ini makam anak saya, Galang. Yang itu makam adik, satunya lagi makam yang punya tanah dulu,” katanya.

Tak jauh di seberang makam, terletak beranda yang dilengkapi seperangkat kursi dan meja. Di situ pula kami berbincang dengan Iwan yang memiliki nama lengkap Virgiawan Listanto itu. ”Itu tempat favorit saya. Saya paling suka duduk di situ,” katanya.

Iwan kemudian mengenalkan kami pada Mang Jaja, yang disebutnya sebagai ”menteri pertanian”. Selain memilih bibit, menanam dan merawat kebun, Mang Jaja juga bertanggung jawab mengolah sampah untuk dijadikan pupuk. ”Ini tungku untuk pembakaran sampah. Sampah kami pilah-pilah, ada juga yang dijadikan pupuk,” kata Iwan sambil menunjuk tempat pengolahan sampah yang berdinding tembok.

Ruang publik

Sebagian besar ruang di kediaman rumah Iwan ditujukan bagi kepentingan publik. Ketika memasuki pintu gerbang rumahnya, misalnya, terdapat bangunan yang digunakan untuk perpustakaan umum, kantor untuk manajemen Tiga Rambu. Di dekatnya tersedia aula besar yang dindingnya dipenuhi cermin. Aula ini biasa digunakan untuk latihan Iwan bersama bandnya. Tetapi bisa juga bisa digunakan untuk latihan tari anak-anak yang tinggal di sekitar kediamannya.

Di sebelah bangunan itu kini dibangun sekolah musik, yang terdiri dari tiga kelas dan satu studio. ”Saya pengin mereka bisa belajar di luar kelas, seperti anak-anak yang belajar biola di Taman Suropati Jakarta,” katanya.

Memasuki rumah utama, yang pertama terlihat adalah ruang makan yang bersebelahan dengan studio musik. Studio ini khusus digunakan Iwan berlatih musik. Ruangan ini dilengkapi seperangkat alat band dan beberapa instrumen musik petik. Ruangan ini juga dilengkapi sejumlah lukisan karyanya.

”Saya masih pengin ngelukis, tetapi enggak ada waktunya. Dulunya dinding ini dipenuhi sama lukisan saya semua, tetapi terus ditutup untuk lapisan kedap suara,” kata Iwan yang sewaktu kuliah di IKJ mempelajari seni musik.

Ia kemudian mengajak kami ke beranda depan yang berada di lantai dua. Beranda itu menghadap ke lapangan rumput yang luas, dan di kejauhan, di balik lapisan awan, menyembul puncak gunung. Sementara di pinggir lapangan hijau berderet sejumlah pohon langka, seperti sukun, jamblang putih, dan matoa.

”Lapangan ini dipakai kalau kita bikin konser atau acara, seperti waktu peluncuran albumku yang terakhir. Kalau pas tujuh belasan lapangan ini bisa dipakai untuk pertandingan badminton, bisa jadi tiga lapangan,” katanya.

Para tamu ataupun musisi yang terlibat dalam acara-acara yang diselenggarakan di kediaman Iwan biasanya menginap di situ. ”Ada beberapa kamar tamu dan kamar mandinya sekalian,” lanjutnya.

Ladang jagung dan hari tua

Menyeberangi halaman yang luas, terhampar ladang jagung dan sebuah saung untuk bersantai. Apa mimpinya setelah mencapai usia 50 tahun? ”Aku menjalani saja, dari detik ke detik, dari waktu ke waktu, gimana caranya bermakna.”

Dengan semua kesuksesan, popularitas, dan dukungan yang diperoleh Iwan, sebetulnya tak salah kalau dia merasa sudah ”cukup”. Tetapi, kata pensiun tak ada di dalam kamusnya.

Pensiun mau ngapain? Di musik enggak ada pensiun, beda sama olahraga. Di musik semakin tua semakin bagus, karena ini urusan perasaan. Lihat saja Mick Jagger, Titik Puspa, pemusik tradisi yang makin tua makin utuh, touch-nya makin oke. Saat ini Yos (istrinya sekaligus manajernya) sedang merancang perjalanan untuk aku,” kata ayah dari Galang Rambu Anarki (1982-1997), Anissa Cikal Rambu Basae (25), dan Rayya Rambu Robbani (7) itu.

Yang mungkin membuatnya merasa ”berumur” adalah ketika melihat anak-anaknya bertumbuh dengan cepat. ”Anak saya yang tertua (Anissa) sudah 25 tahun, dia sudah punya target. Tetapi ya yang namanya ayah, kalau dia pulang malam masih suka deg-degan. Tetapi mau nanya-nanya malu sendiri, kan bukan anak kecil lagi. Apalagi dia sudah bantu ibunya jadi manajer,” kata Iwan.

Iwan mengakui, kedekatan keluarganya justru dibumbui dengan ”berantem” di antara mereka. ”Paling sering sama anak perempuan saya, misalnya beda pendapat soal artistik panggung, dan lain-lain. Nah, kalau berantem bisa enggak ngomong tuh, bisa tiga hari ha-ha-ha. Ntar baikan lagi. Kadang saya yang ngalah, kadang dia yang ngalah, kadang ibunya yang nengahin, kadang kita bertiga enggak mau ditengahin, terus adiknya yang paling kecil yang nengahin, pokoknya serulah,” kata Iwan dengan terbahak.

Pondokku



Ini adalah lirik lagu baru Iwan Fals. Lagu ini pertama kali dibawakan oleh Iwan Fals saat konser perjalanan spiritual Iwan Fals bersama Ki Ageng Ganjur ke Pesantren, 07 Agustus 2010 di Pondok Pesantren Cipasung, Singaparna, Tasikmalaya. Lagu ini belum dialbumkan.





 

Pondokku
Iwan Fals (2010)


Pertama merasakan hidup yang sesungguhnya
Oh pondokku kau ajari aku yang nyata
Namamu terus terkenang
Diantara nama-nama lainnya

Emas terpendam di keseharianmu
Senandung doa-doa terus tergenang
Arahkan hati dan akalku kepadanya
Lapangnya dada mengenangmu rumah ilmu rumah kebaikan

Makanya aku merindukan itu
Aku merindukan suasana itu
Lihatlah betapa bercahayanya wajahnya
Sinarnya menerangi jalanku

Pondokku...
Pondokku...
Pondokku...
Pondokku...

Minggu, 03 Juli 2011

Pasti Ada Alasan Ruyati Membunuh


 

Iwan Fals


  Satu bait tembang Jawa yang dilantunkan musisi Iwan Fals menghipnotis penghuni dan undangan di Pondok Pesantren Hudatul Muna, Ponorogo, Jawa Timur, Selasa (21/6). Dalam kunjungan ini, Iwan bersama budayawan Al Zastrouw mengajak berdiskusi sekaligus doa bersama atas musibah yang menimpa Ruyati binti Satubi, tenaga kerja Indonesia yang dihukum pasung di Arab Saudi.

Menurutnya, perlu dibuka latar belakang kasus yang berujung hukuman pancung kepada Ruyati. "Kalau tak ada alasan, tidak mungkin, kecuali kalau sakit jiwa yah. Pasti ada alasan sampai dia (Ruyati) melakukan hal itu (membunuh)," tutur musisi yang masuk dalam daftar Pahlawan Asia versi majalah Time ini. "Arab Saudi harus menjelaskan itu."

Sementara itu, budayawan Al Zastrouw dan mantan ketua umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama, Hasyim Muzadi, mengkritik langkah diplomasi yang ditempuh pemerintah.

Menurut Hasyim, pada 1999 lalu, Presiden Abdurahman Wahid atau Gus Dur menyelamatkan TKI bernama Zaenab dengan melobi langsung pemerintah Arab Saudi. "Sekarang (Presiden) SBY mau tidak," ucap Hasyim. "Tetapi, apa dia mau berpayah-payah untuk rakyat.

Makna Lambang Oi



Lambang (logo) organisasi Oi berupa gambar siluet berbentuk menyerupai huruf " i " (kecil) tegak melebar berwarna hitam dengan titik berwarna merah darah di atasnya menyatu dengan huruf " O " berwarna putih dalam posisi miring ke kanan.

Makna lambang Oi:
  1. Bentuk huruf " O " berwarna putih miring ke kanan menyatu dengan bentuk menyerupai huruf " i " (kecil) tegak berwarna hitam melambangkan kesucian yang dilandasi keteguhan dan ketegasan sikap.
  2. "Titik" bulat di atas huruf " i " (kecil) berwarna merah darah melambangkan semangat yang membara untuk bersatu.

Konser Keseimbangan Iwan Fals di Blitar


Mengusung program keseimbangan alam, konser Iwan Fals di Kota Blitar ternyata sepi penonton. Hanya sekitar 300 orang menyaksikan konser salah satu legenda musik Indonesia itu, di Pusat Informasi Pariwisata dan Perdagangan (PIPP) yang berkapasitas sekitar 2.000 penonton, Minggu (4/7) sore.

Meski jumlah penonton di konsernya relatif tidak banyak, Iwan Fals tetap tampil maksimal sejak sekitar pukul 15.30 WIB. Iwan menyanyikan 17 lagu, diawali dengan lagu dari album terbaru nya, Keseimbangan Alam.

Penyanyi yang ngetop dengan lagu Omar Bakri dan Bento itu menyanyikan lagu-lagu bertema keseimbangan dan Tuhan sebagai Sang Pencipta. Dia juga melantunkan sejumlah lagu yang membangkitkan emosi penonton.

Iwan Fals tampil bersama bandnya yang beranggotakan Heirri Buchaery (bass,) Totok Tewel (gitar), Deni Kurniawan (drum), dan Edi Daromi (kibor). Adapun Iwan selain menyanyi juga memetik gitar.

Tak ketinggalan, Iwan Fals juga menyanyikan lagu berjudul Jenderal tua, yang berirama campuran dangdut, dan lagu tentang pahlawan seperti Laksamana Malahayati. Saat menyampaikan ucapan pengantar sebelum menyanyikan Jenderal tua, Iwan menyindir bahwa para jenderal (polisi) saat ini sedang senang karena perhatian masyarakat tidak lagi tertuju kepada mereka (dalam kasus rekening mencurigakan) setelah munculnya pemberitaan kasus video porno Ariel Peterpan.

“Tapi jenderal yang kami maksud (dalam lagu) itu adalah yang dicintai masyarakat, yang menjadi komando perang,” ucap Iwan Fals.

Dalam konsernya, Iwan Fals tidak lupa membawakan lagu-lagu lama nan legendaris seperti Wakil Rakyat dan Hio, yang mendapat sambutan meriah para penonton dengan teriakan yel-yel. Apalagi, saat melantunkan Wakil Rakyat Iwan Fals diiringi permainan kolaborasi musik ketipung tradisional Kelompok “Blang-Bleng” dari Blitar.

Hal itu membuat penampilan konser Iwan Fals di Kota Blitar semakin terasa lengkap. Dia juga memunculkan jenis iringan musik di luar kebiasaan.

“Sungguh luar biasa konser Iwan Fals ini. Banyak yang baru dalam iringan musiknya, meski lagunya lagu lama,” tutur Arif, penggemar Iwan Fals, di sela keasyikan menonton di PPIP Blitar sekaligus pelataran parkir makam alm Bung Karno itu.

Sejumlah penonton menyayangkan tidak diberinya izin konser Iwan di sejumlah daerah di Jatim. “Mungkin jika pihak berwenang mendengar lagu-lagu yang dibawakan Bang Iwan yang sangat berkaitan erat dengan pelestarian alam, izin konser pasti disetujui,” kata Andi, warga Kota Blitar yang juga fan berat Iwan Fals.

Sekadar mengingatkan, Iwan gagal menggelar konser bertajuk “Panggung Keseimbangan” di beberapa kota di Jatim. Dia terkendala izin kepolisian, yaitu di Jombang, Jumat (2/7) siang, dan Lamongan, Rabu (30/6).
Menurut Ketua Yayasan OI (sebutan untuk perkumpulan penggemar fanatik Iwan) di Jombang yang juga panitia penyelenggara, M Adib, polisi mengaku tidak bisa menjamin keamanan konser Iwan di Jombang. Apalagi, Jombang berdekatan dengan Lamongan dan Mojokerto, yang baru saja menggelar pilbup bermasalah.

Di Lamongan, meskipun gagal manggung, Iwan tetap hadir, Rabu (30/6). Bersama istri, Rosanna, dan sejumlah pengurus yayasan OI, Iwan menanam pohon di Kampus Universitas Islam Lamongan. (Surya, 2/7).

Kepala Dinas Informasi Publik dan Pariwisata Kota Blitar, Minggu (4/7), Kasmiadi, mengatakan, sepinya penonton di Blitar sudah diperkirakan sejak semula. Pasalnya, waktu untuk melakukan publikasi konser Iwan relatif sempit.

“Tapi jumlah penonton yang sedikit ini (justru) membuat kami lega. Karena, apa yang dikhawatirkan banyak pihak dari ajang konser Iwan Fals (muncul kerusuhan, Red) tidak terbukti di Kota Blitar,” katanya.

SELAIN bernyanyi, Iwan juga menanam 6.000 pohon mahoni dalam kegiatan bertajuk “Keseimbangan OI Menanam”. Di sela acara di perbukitan Blitar Selatan ini dia menyatakan berupaya mengingatkan dan menyadarkan semua lapisan masyarakat terhadap pentingnya arti keseimbangan alam.

Menurut Iwan, kondisi hutan di Indonesia yang sangat memprihatinkan harus segera diatasi sejak sekarang tanpa ada kata terlambat. Hal itu, katanya, harus dilandasi oleh niat dan aksi nyata di lapangan; tidak hanya sekadar berteriak-teriak melalui program penyelamatan hutan namun tanpa melaksnakan tindakan.

Iwan menambahkan, langkah menanam juga harus diikuti dengan menyiram atau memelihara. Menurutnya, akan sia-sia jika hanya menanam tanpa melakukan pemeliharaan.

Penolakan Iwan Fals Terhadap Reaktor Nuklir


Ancaman susulan setelah Jepang diguncang gempa dan tsunami, adalah nuklir. Kini, lebih dari 2000 penduduk di sekitar pabrik nuklir Fukushima telah dievakuasi. Padahal, mereka selama ini sudah tinggal sejauh 2 kilometer dari lokasi pabrik nuklir tersebut.

Pencipta lagu sekaligus penyanyi yang selama ini kritis dengan tema-tema sosial dan lingkungan, Iwan Fals ikut berkomentar terhadap bahayanya nuklir yang kini mengancam warga Jepang.

"Reaktor Nuklir ternyata tidak kebal Bencana Alam !" tulis Iwan Fals melalui akun twitternya, Sabtu (12/3/2011).

Gempa berkekuatan 8,9 skala richter (SR) di Jepang kemarin, sebenarnya tidak sampai merusak pabrik nuklir di Fukushima. Namun pemerintah Jepang bertindak cepat untuk mengantisipasi kebocoran nuklir, yang dampaknya tak kalah dahsyat dari gempa dan tsunami yang kini telah menewaskan ratusan warga Jepang.

Pemerintah Jepang mengumumkan bahwa telah terjadi situasi darurat di Tokyo Electrik Power, sebuah reaktor nuklir di Perfektur Fukushima. Tidak kurang 3000 warga sekitar reaktor nuklir telah dievakuasi.

Bicara tentang PLTN, sudah sejak lama Iwan Fals memang menentangnya. Dalam album "Cikal" yang dikeluarkan tahun 1991, Iwan dengan tegas menolak PLTN melalui lagu "Proyek 13". Berikut liriknya:

Proyek 13
Iwan Fals ( Album Cikal 1991 )

Meskipun kurang paham tentang radiasi
Meskipun kurang paham tentang uranium
Meskipun kurang paham tentang plutonium
Ku tahu radioaktif panjang usia

Aku tak tahu sampahnya ada dimana
Aku tak tahu pula cara menyimpannya
Aku tak yakin tentang pengamanannya
Karena kebocoran pun ada di sana

Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi

Aku menolak akal yang tanpa hati
Aku menolak teknologi tanpa kendali
Aku tak mau mengijonkan masa depan
Demi listrik sedikit banyak keruwetan

Sama sekali ku tak anti teknologi
Tapi aku lebih percaya pada hati
Aku tahu listrik penting buat industri
Tapi industri jangan ancam masa depan

Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi

Daripada susah payah beli reaktor
Daripada pusing karena sampah nuklir
Daripada malu kepada anak cucu
Aku bergerak menyanyikan kehidupan

Informasi tentang ini harus diberikan
Bahaya dunia maju harus disingkirkan
Rasa gengsi tak perlu diteruskan
Pembangunan PLTN harap hentikan

Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi
Oh apa yang sesungguhnya sedang terjadi

Apa yang akan terjadi nanti

Untuk listrik banyak memerlukan sumber energi
Pilihanmu pun tentu jadi dicurigai
Sebab di negeri maju reaktor ditutupi
Bukan alasan agar republik ini beli

Aku lebih suka tenaga matahari
Aku lebih suka tenaga panas bumi
Aku lebih suka dengan tenaga angin
Aku lebih suka tenaga arus laut

Resep Bugar Ala Iwan Fals


Virgiawan Listanto atau lebih populer disapa Iwan Fals telah menorehkan karya yang fenomenal dalam dunia musik tanah air. Ratusan lagu telah ia lahirkan. Bahkan sampai saat ini, Iwan tidak berhenti untuk terus berkarya.

Lahir pada 3 September 1961, kini Iwan menapaki usia hampir setengah abad. Sebuah usia yang tidak muda lagi. Tentu saja, mau tidak mau kualitas vokalnya sebagai seorang musisi akan mengalami penurunan.

Lantas bagaimana pecinta olahraga karate ini mensiasatinya? "Sering latihan aja, sering nyanyi, kalau serak biasanya saya pakai jeruk nipis sama kecap dicampur. Minum kencur juga bagus," kata Iwan saat ditemui di Studio Elang Perkasa Film, di Kawasan Industri Pulo Gadung, Jakarta Timur.

Untuk menjaga aset berharga miliknya itu Iwan memang memilih cara yang sederhana. Hanya jika dalam kondisi memaksa saja ia bersedia minum obat dari dokter. "Kalau memang sudah serak benar mau apa lagi, ya pakai antibiotik, pergi ke dokter," kata Iwan sambil tertawa.

Pria yang pernah menjadi cover majalah Time Asia ini tidak jarang mendapat pertanyaan dari fansnya terkait suaranya yang tidak sekuat dahulu. Tapi tentu saja ia tidak risau karena itu sesuatu yang alamiah.

"Kadang dibilang, 'Wah bang Iwan sudah nggak kuat suara tinggi lagi.' Macam-macam orang-orang ngomongnya. Tapi manggung tetap jalan karena itu kan rezeki, asal ada waktu dan saya bisa istirahat tentu saya ambil," kata Iwan.

Lalu, untuk persoalan menjaga stamina tubuh. Iwan juga punya resep sendiri. Dia rajin karate untuk menjaga kebugaran tubuhnya. "Kan enak bisa keluar keringat, tapi nggak bisa keras lagi," tambah Iwan.

Dalam seminggu, Iwan bisa berkarate sebanyak tiga kali. Selain itu kini ia sudah disiplin memeriksakan diri ke dokter untuk check up kesehatan.

Sejak menginjak usia empat puluh tahun, Iwan sudah mulai rajin menjaga kesehatan. Karenanya, begitu terasa lelah ia tidak ingin memaksakan diri. "Setiap selesai tampil dan lelah, saya selalu istirahat dan tidur secara teratur. Dan tidak lupa makan teratur," ujarnya.

Iwan Fals dan Uang 6,7 Triliun Rupiah


Sekarang angka yang sering kita dengar adalah 6,7 triliun. Diseluruh media ramai membahas hilang atau dirampoknya uang negara yang sangat besar itu. Mungkin angka yang luar biasa fantastis untuk ukuran pengamen, tapi recehan buat para koruptor. Ane belum pernah liat fulus segitu, kalau liat mungkin langsung semaput apalagi kalau dikasih. Nah, berhubung ane seneng lagunya Iwan Fals dan corat-coret di blog iwanfalsmania.blogspot.com ini, maka coba tak hubung-hubungkan fulus segitu dengan Iwan Fals. Sekedar intermezzo ya boss…


Mari kita utak atik uang 6,7 triliun ini dalam dunia ke-Fals-an.

Kalau uang 6,7 triliun dipakai membeli tiket konser bulanan Iwan Fals yang seharga 40 ribu rupiah/kepala, maka akan ada 167,5 juta manusia atau jin yang siap hadir di Panggung Kita Leuwinanggung-Depok (rumah Iwan Fals, tempat konser bulanan). Wuih… Ini artinya sebagian besar penduduk Indonesia akan hadir disana. Penonton yang terlambat datang mungkin harus puas menonton penampilan Iwan Fals dari deretan belakang yaitu di kota Surabaya. Pikirkan dampak positif dari konser mega-super-dahsyat-raksasa ini, tentu banyak pedagang asongan yang ketiban untung, atau banyak pemandu jalan yang dapet obyekan.

Anggap saja honor setiap lagu yang dinyanyikan Iwan Fals adalah 5 juta rupiah (ini angka ngarang lho ya, ane ndak tau nilai sebenarnya). Dengan bayaran 6,7 triliun berarti Iwan Fals harus menyanyikan 1,34 juta lagu. Wow… Misalnya dalam sehari dia hanya sanggup bernyanyi 40 lagu, maka Iwan Fals perlu waktu selama 33.500 hari atau sekitar 91,7 tahun untuk menyelesaikan seluruh lagu itu. Bukan cuma kita yang bisa menikmatinya, tapi sampai ke anak dan cucu kita. Itupun kalau Iwan masih kuat.

Setelah Iwan Fals mengantongi honor 6,7 T, lantas misalnya uang itu dipakai untuk membiayai penggemarnya naik haji senilai 35 juta rupiah/orang. Maka hampir sebanyak 192 ribu penggemar Iwan Fals berangkat menuju tanah suci. Kalau semuanya naik pesawat jenis Boeing 747 berkapasitas 455 kursi, berarti butuh sebanyak 420 buah pesawat. Kalau semua pesawat itu terbang bersamaan, kayaknya kita akan menyaksikan kemacetan diudara.

Misalnya Iwan Fals ndak jadi traktir ongkos naik haji untuk penggemarnya, kemudian uang 6,7 triliun semuanya dibelikan kambing untuk hari raya Idul Kurban, maka akan dapat 3,35 juta ekor kambing yang senilai 2 juta/ekor. Bayangkan berapa ton arang harus disediakan untuk bikin sate.

Hehehe…

Memang seharusnya uang sebesar itu digunakan untuk kesejahteraan rakyat, tentu akan banyak lapangan pekerjaan yang terbuka. Atau dipakai untuk meningkatkan kualitas pendidikan, biar rakyat semakin pinter dan ndak mudah dibodohi. Juga untuk meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan supaya tidak ada lagi pemikiran ‘orang miskin tidak boleh sakit’. Dan kalau itu terjadi, rasanya kita tidak perlu lagi nyanyi, “kalau diantara kita jatuh sakit, lebih baik tak usah kedokter, sebab ongkos dokter disini, terkait di awan tinggi…”.

Namun apa yang terjadi sekarang?. Uang 6,7 triliun rupiah itu ada ditangan para koruptor. Itu nilai yang ketahuan.. lhaaa… yang ndak ketahuan ada berapa triliun lagi ya? Atau malah ratusan triliun???. Katanya tanah ini kaya raya, tapi kok yang menikmati bukan rakyatnya ya?. Wajar saja sekarang makin banyak yang ngomong, “untuk apa punya pemerintah, kalau hidup terus-terusan susah…”. Nah, kalau terus begini, “ternyata kita harus ke jalan.. robohkan setan yang berdiri mengangkang…!”. Hey mister geeleeeeeekkkk.....

Topi Iwan Fals Berharga 50 Juta Rupiah



Dalam konser amal untuk bencana alam gempa bumi Sumatra yang disiarkan langsung oleh TV One, Kamis 15 Oktober 2009 terjadi beberapa kejutan. Konser Satu Untuk Negeri yang diisi oleh penampilan mantap dari Iwan Fals & Band bertujuan menggalang dana bantuan dengan mengadakan lelang. Barang yang dilelang adalah lukisan karya Iwan Fals dan beberapa raket bersejarah milik pemain Bulu Tangkis yang telah berprestasi hingga mengharumkan nama Indonesia didunia internasional.

Semua barang yang dilelang dimulai dengan harga pembuka sebesar 20 juta Rupiah. Lukisan bergaya abstrak karya Iwan Fals pada puncaknya ditawar seharga 88 juta Rupiah. Dan menariknya lelang yang bisa diikuti via telpon ini, diberitakan ada yang menawar barang diluar daftar lelang. Barang itu adalah gitar akustik yang saat itu dipakai Iwan Fals. Gitar itu ditawar senilai 100 juta Rupiah. Iwan Fals menanggapi dengan sedikit bercanda dan berkata, "Sekalian saja sama topi, jaket dan celana...".

Tak lama kemudian dalam live show itu masuk telepon yang diperdengarkan on-air. Penelepon tersebut malah menginginkan topi yang sedang dipakai Iwan Fals dan ditawar seharga 50 juta Rupiah. Mendengar ini, Iwan Fals tampak terkejut dan seperti tak bisa berkata banyak. "wah.. kalau gitu harus dicuci dulu topi ini..", kata Iwan sambil tersenyum. Wow, topinya saja ada yang berani beli seharga 50 juta, bagaimana dengan barang lainnya ya?. Memang luar biasa fanatisme para penggemar Iwan Fals.

Untuk konsernya sendiri saya acungi jempol. Penampilan Iwan Fals & Band sangat memukau. Aransemen musiknya begitu cantik meski banyak perubahan dari lagu aslinya, namun terasa begitu nikmat didengar. Iwan Fals sendiri masih mampu berteriak lantang penuh semangat dan menampilkan harmonika bersama gitar akustiknya. Performa para musisi pendukung juga maksimal, mereka seperti mengeluarkan segala kemampuannya dalam show kali ini. Musisi pendukung itu adalah Heirrie Buchaery (bass), Edi Daromi (keyboard), Totok Tewel (lead guitar) dan Deni Kurniawan (drum).

Iwan Fals menyanyikan lagu-lagu yaitu: Bencana Alam, Jangan Bicara, Panggilan Dari Gunung, Bento, DihatiMU Aku Berlindung, Rajawali, Bongkar, Seperti Matahari dan Katakan Kita Rasakan.

Saya hanya bisa menyaksikan dari TV, sebab konser amal di hotel berbintang di Jakarta ini hanya ditujukan bagi para undangan. Meski tidak menutup kemungkinan ada bukan undangan yang bisa masuk kedalam. Namun yang sangat saya benci menonton konser live di TV adalah lagu-lagu yang dinyanyikan hampir seluruhnya tidak sampai habis karena dipotong commercial break.. huh..!

Ya, apapun itu semoga hasil dari konser amal ini dapat bermanfaat bagi saudara-saudara kita yang tertimpa bencana alam. Dan semoga penyalurannya nanti tepat sasaran... dan tidak di korupsi...!

Batas Tak Berbatas - Iwan Fals - OST Film 'Batas' 2011

Iwan Fals - Gala Premiere Film Batas 12 Mei 2011
'Batas Tak Berbatas' adalah judul single terbaru Iwan Fals di tahun 2011. Lirik dibuat oleh Slamet Rahardjo Djarot, dan digubah menjadi lagu oleh Iwan Fals. Lagu ini menjadi original soundtrack film Batas yang rilis bulan Mei 2011.









BATAS TAK BERBATAS
Theme Song : OST BATAS
Penyanyi : Iwan Fals
Ciptaan : Iwan Fals
Lirik : Slamet Rahardjo Djarot

Sendiri menanti pagi
Setitik embun bergantung di ujung daun
Sang dara melamun
Mimpi menelan matahari

Reff :
Suci embun segar perawan
Bergaun cahaya
Melintas batas
Ambisi dan kenyataan
Melambung tinggi, jauh
Ke alam impian

Bridge :
Dimana sungai dan pepohonan
Berkelindan menganyam kehidupan

Jejak telah dilangkahkan
Seribu kehendak harus terlahirkan
Urai jerat keangkuhan
Melepas belenggu
Rasa tahu berlebihan

Reff :
Memang gaun ini mesti berganti
Cahaya tak lagi menyilaukan
Dan menjelma menjadi pelurus hati
Kini sang dara menyanyi lagi

Bridge :
Tak lagi dia mau merasa sepi
Tak lagi dia mau merasa sendiri

Segar perawan berdandan
Atas cermin bercahaya kenyataan
Mimpi indah adalah
Fatamorgana

Walau samar cakrawala
Adalah kenyataan
Tampak jauh untuk ditempuh
Tapi itulah batas
Dari kehendak manusia yang tak berbatas
Oooh.. hmmmmm..

Reff :
Suci embun segar perawan
Bergaun cahaya
Melintas batas ambisi dan kenyataan
Melambung tinggi, jauh
Ke alam impian

Bridge :
Dimana sungai dan pepohonan
Berkelindan menganyam kehidupan
Dimana sungai dan pepohonan
Berkelindan menganyam kehidupan

original post by iwanfalsmania

Sabtu, 02 Juli 2011

daftar lagu Iwan Fals yang tak beredar

Lagu yang tidak beredar

  • Demokrasi Nasi (1978)
  • Semar Mendem (1978)
  • Pola Sederhana (Anak Cendana) (1978)
  • Mbak Tini (1978)
  • Siti Sang Bidadari (1978)
  • Kisah Sapi Malam (1978)
  • Mince Makelar (1978)
  • Luka Lama (1984)
  • Anissa (1986)
  • Biarkan Indonesia Tanpa Koran (1986)
  • Oh Indonesia (1992)
  • Imelda Mardun (1992)
  • Maumere (1993)
  • Joned (1993)
  • Mesin Mesin Pembunuh (1994)
  • Suara Dari Jalanan (1996)
  • Demokrasi Otoriter (1996)
  • Pemandangan (1996)
  • Jambore Wisata (1996)
  • Aku Tak Punya Apa-Apa (1997)
  • Cerita Lama Tiananmen (1998)
  • Serdadu dan Kutil (1998)
  • 15 Juta (1998)
  • Mencari Kata Kata (1998)
  • Malam Sunyi (1999)
  • Sketsa Setan Yang Bisu (2000)
  • Indonesiaku (2001)
  • Kemarau (2003)
  • Lagu Sedih (2003)
  • Kembali Ke Masa Lalu (2003)
  • Harapan Tak Boleh Mati (2004)
  • Saat Minggu Masih Pagi (2004)
  • Repot Nasi / Sami Mawon (2005)
  • Hari Raya Bumi (2007)
  • Hari Raya Bumi (2007)
  • Berita Cuaca (2008)
  • Paman Zam
  • Kapal Bau Pesing
  • Makna Hidup Ini
  • Selamat Tinggal Ramadhan
  • Nyatakan Saja
  • Berputar Putar
  • Air dan Batu
  • Lagu Pegangan
  • Semut Api dan Cacing Kecil
  • Kata-Kata
  • Pukul Dua Malam
  • Penjara
  • Belatung
  • Nyanyian Sopir
  • Bunga Kayu di Beranda
  • Aku Bergelora
  • Suara Dari Jalanan

Tokoh Tokoh Dalam Lagu Iwan Fals


Lagu-lagu Iwan Fals baik karyanya sendiri maupun karya orang lain yang dinyanyikannya banyak menyebutkan nama beberapa tokoh. Tokoh-tokoh tersebut ada yang rekaan dan ada juga yang nyata. Ada yang serius diceritakan sebagai tokoh utama dan ada juga yang hanya numpang lewat hanya sekedar pelengkap.

Beberapa nama tokoh dalam lagu Iwan Fals yang merupakan sebuah imajinasi ternyata cukup dikenal hingga saat ini dan seakan-akan hidup dalam dunia nyata.

Berikut nama-nama yang disebutkan dalam lagu-lagu komersial Iwan Fals dari awal sampai terbaru yang sempat kami catat. Karena cukup panjang, maka kami tampilkan dalam 3 bagian. Adakah diantara tokoh-tokoh dibawah ini yang kalian kenal? (sb)

Tokoh Tokoh Dalam Lagu Iwan Fals (Bagian 1)

1. Hitler
Nama ini diucapkan dalam lagu Frustasi yang terdapat dalam album Canda Dalam Nada (1979). Dalam liriknya nama tokoh ini hanya sebagai pelengkap. Iwan Fals sedang berkhayal andai bisa menjadi orang besar seperti Adolf Hitler yang tenar.
Lagu Frustasi sendiri bercerita tentang kegelisahan seorang anak yang keluarganya berantakan.

2. Carter
Nama ini juga terdapat dalam lagu Frustasi yang terdapat dalam album Canda Dalam Nada (1979). Yang dimaksud adalah Jimmy Carter mantan presiden Amerika ke-39 (1977-1981). Dalam liriknya Iwan Fals sedang berkhayal menjadi orang tenar seperti Carter juragan kacang.
Jimmy Carter memang sempat mengurusi perusahaan kacang milik keluarganya.

3. Kecoak Idi Amin
Nama rekaan ini terdapat dalam lagu Dongeng Sebelum Tidur yang terdapat dalam album Canda Dalam Nada (1979). Nama Idi Amin sendiri adalah nama seorang pemimpin diktator militer di Uganda.
Dalam lagu ini Iwan Fals berkelakar bahwa nama tersebut adalah nama anaknya yang paling tua. Namun si anak yang selanjutnya disebut dengan panggilan si Amin diceritakan adalah orang yang selalu berpenampilan mewah, dan kemewahan itu adalah hasil curian. Sayangnya si Amin kebal kerangkeng.
(Nah, sekarang ditahun 2008 ini ada kan si Amin yang baru?. Wakil rakyat yang nyambi jadi maling.)

4. Gareng
Masih dalam lagu Dongeng Sebelum Tidur dari album Canda Dalam Ronda (1979), disini Iwan Fals bercerita bahwa anaknya yang bernama Kecoak Idi Amin itu jalannya seperti Gareng.
Gareng adalah salah satu tokoh pewayangan punakawan yang berkaki pincang. Hal ini merupakan sebuah sanepa dari sifat Gareng sebagai kawula yang selalu hati-hati dalam melangkahkan kaki. Selain itu, cacat fisik Gareng yang lain adalah tangan yang ciker atau patah. Ini adalah sanepa bahwa Gareng memiliki sifat tidak suka mengambil hak milik orang lain. Diceritakan bahwa tumit kanannya terkena semacam penyakit bubul.

5. Poppy dan Nancy
Nama rekaan ini ada di lagu Imitasi dari album Canda Dalam Nada (1979). Oleh Iwan Fals nama Poppy dan Nancy disini dikisahkan sebagai wanita bookingan.

6. Totok/Titik, Sunarto/Sunarti, Ahmad/Asye dan Ismet/ Isye
Nama nama rekaan ini ada di lagu Imitasi dari album Canda Dalam Nada (1979). Menurut Iwan Fals, nama Totok, Sunarto, Ahmad dan Ismet adalah nama yang digunakan bila pagi hari, sedangkan Titik, Sunarti, Asye dan Isye adalah nama untuk malam hari. Dengan kata lain nama tokoh tokoh ini adalah seorang waria.

7. Darto
Nama ini terdapat dalam lagu Imitasi dari album Canda Dalam Nada (1979). Nama ini sepertinya yang dimaksud Iwan Fals adalah Darto Helm (alm. Meninggal 14 Agustus 2004). Darto Helm adalah seorang pelawak yang populer di tahun 80-an. Dalam lagu ini diceritakan saat Iwan Fals tercengang melihat waria yang penampilannya persis perempuan tulen dan membuat jidat Iwan Fals mengkerut seperti jidat Darto. Darto Helm dikenal dengan kepalanya yang botak dan jidatnya yang lebar seperti helm.

8. Joni
Nama rekaan yang ada di lagu Joni Kesiangan dari album Canda Dalam Nada (1979) ini dikisahkan oleh Iwan Fals sebagai lelaki hidung belang. Joni lebih menyukai kebun tetangga sebab dia sudah bosan dengan istrinya.

9. Mpok Tati
Nama fiksi ini masih dalam lagu Joni Kesiangan dari album Canda Dalam Nada (1979). Mpok Tati adalah tante-tante selingkuhan Joni yang diceritakan oleh Iwan Fals adalah masih bertetangga dengan Joni.

10. Anton, Jamilah dan Jaitun
Nama nama fiktif ini ada dalam lagu Alasan dari album Perjalanan (1980). Sebenarnya dalam album ini lagu Alasan tidak dinyanyikan Iwan Fals melainkan oleh Totok Gunarto salah satu rekan yang tergabung dengan kelompok Amburadul (kelompok musik dimana Iwan Fals mengawali karirnya). Namun akhir-akhir ini Iwan Fals sering menyanyikan lagu ini dalam konser-konsernya.
Lagu ini berkisah tentang perselingkuhan yang dilakukan dengan berbagai alasan. Nama Anton ada dari kepanjangan kata ARISAN (Aku rindu sama Anton). Sedangkan Jamilah dan Jaitun ada dari kepanjangan kata RAPAT KERJA (Rapat empat mata kerumah Jamilah, Jaitun janda muda).

11. Mince, Sonya, Betty, Mona dan Susy
Nama nama rekaan ini ada pada lagu Imitasi atau ada juga yang menulis dengan judul Wanita Tiruan yang ada di album Perjalanan (1980). Nama nama imajinasi tersebut dikisahkan Iwan Fals sebagai waria yang mangkal ditepi jalan. Dan mereka lari tunggang langgang ketika petugas patroli ketentraman dan ketertiban kota (trantib) datang.

12. Udin, Inah dan Ujang
Nama nama ini terdapat dalam lagu Mak dari album Perjalanan (1980). Dikisahkan oleh Iwan Fals ketiga nama rekaan tersebut adalah anak-anak seorang tukang batu yang menanti ayahnya pulang. Bersama ibunya mereka menanti datangnya sang ayah dan berharap membawa uang untuk kebutuhan mereka.

13. Mang Mamat
Masih dari lagu Mak dalam album Perjalanan (1980). Mang Mamat dikisahkan oleh Iwan Fals adalah mandor tempat kerja ayah ketiga anak yang disebutkan diatas. Disaat keluarga itu menanti datangnya sang ayah, Mang Mamat datang membawa kabar kalau sang bapak mengalami kecelakaan kerja. Si istri bingung bagaimana membayar biaya pengobatan suaminya sedangkan untuk makan ketiga anaknya saja dia kesusahan. Lalu si ibu merelakan tubuhnya untuk diberikan kepada si mandor tanpa sepengetahuan keluarganya, agar segala kebutuhan keluarganya bisa terpenuhi.

14. Hatta
Nama ini menjadi judul lagu Iwan Fals dengan judul Hatta yang ada dalam album Sarjana Muda (1981). Mohammad Hatta adalah proklamator Republik Indonesia yang juga sebagai wakil presiden RI pertama. Dalam lagu ini Iwan Fals mengenang meninggalnya Bung Hatta yang banyak meninggalkan kesan mendalam bagi rakyat Indonesia.
Namanya begitu harum dan dikenang karena kesederhanaan dan kedekatannya dengan rakyat. Hingga Iwan Fals menggambarkan adanya hujan air mata dari pelosok negeri saat melepas beliau pergi untuk selamanya.


15. Umar Bakri
Nama rekaan ini tentu tidak asing ditelinga kita. Terdapat dalam lagu yang berjudul Guru Umar Bakri dari album Sarjana Muda (1981). Nama yang hingga sekarang masih populer ini dikisahkan oleh Iwan Fals sebagai seorang guru sekolah yang lugu dan sederhana dengan masih menggunakan sepeda kumbang sebagai alat transportasi. Seorang pegawai negeri yang mengajar disekolah dimana murid-muridnya hobi tawuran.
Namun pengabdian Umar Bakri di dunia pendidikan selama empat puluh tahun dengan segala jasa yang diberikan dan rintangan yang diterima tidak dihargai oleh pemerintah. Dikabarkan oleh Iwan Fals bahwa gaji yang sudah pasti kecil bagi seorang guru pegawai negeri seperti Umar Bakri masih saja dipotong oleh negara.
Terlepas dari kisah ini, nama pak guru Umar juga disebutkan dalam lagu Cantik Munafik dari album Lancar (1987). Lagu yang berkisah tentang perempuan usia sekolah yang melacurkan diri.

16. Habibie
Masih dalam lagu Umar Bakri dari album Sarjana Muda (1981). BJ Habibie saat itu menjadi Menteri Riset dan Teknologi Indonesia. Habibie dikenal sebagai tokoh yang jenius dan memberi pengaruh besar bagi rakyat Indonesia terutama dalam bidang teknologi. Dan pada akhirnya dia menjadi Presiden ke 3 RI setelah rezim Soeharto tumbang.
Dalam lagu ini, Iwan Fals mengisahkan bahwa seorang guru seperti Umar Bakri bisa otak orang seperti otak Habibie, alias pandai. Namun jasa-jasa Umar Bakri tidak dihargai oleh negara.

17. Galang Rambu Anarki
Nama Galang Rambu Anarki (alm) adalah nama putra pertama Iwan Fals yang dijadikan judul lagu dalam album Opini (1982). Lagu ini berkisah harapan seorang Iwan Fals pada kelahiran anak pertamanya (1 Januari 1982) ditengah kerasnya kondisi hidup saat itu saat BBM naik dan menjelang Pemilu. Galang meninggal dunia 25 April 1997 di rumah Iwan Fals saat masih di Bintaro dan dimakamkan di Leuwinanggung (sekarang adalah kediaman tetap Iwan Fals).
Kematian Galang membuat Iwan Fals berubah total. Iwan yang dulunya kita kenal sebagai musisi garang dan terkesan liar baik penampilan maupun lirik-liriknya, kini nampak lebih lembut, dewasa dan bersahaja. Peristiwa ini benar-benar merubah kehidupan seorang Iwan Fals dan secara tidak langsung juga mempengaruhi penggemarnya.

18. Tarmijah
Dalam lagu Tarmijah dan Problemnya dari album Opini (1982), Iwan Fals mengisahkan suka duka seorang pembantu rumah tangga yang diberi nama Tarmijah. Tarmijah kerap diperas tenaganya dan tidak dihargai sebagai manusia. Hingga diakhir lagu Iwan Fals menggambarkan kekerasan fisik yang dilakukan majikan kepada Tarmijah.
Dan sampai saat ini masih banyak Tarmijah-Tarmijah disekitar kita, hanya saja kita tidak tahu atau tidak mau tahu.

19. Sugali
Nama tokoh fiksi ini terdapat dalam album dengan judul yang sama yaitu Sugali (1984). Disini Iwan Fals menggambarkan tokoh Sugali sebagai seorang kriminal pemberani buronan polisi yang tidak takut dengan letusan senapan dan hidup dilingkungan liar seperti di lokalisasi pelacuran sebagai tempat pelariannya.
Pada masa itu, di era 80-an kita mengenal istilah Petrus (penembak misterius) yang banyak memburu buronan dan menembaknya begitu saja tanpa peringatan, walaupun sering terjadi salah sasaran dan tidak ada penjelasan hingga sekarang. Lagu Sugali hadir pada masa itu.
Nama Sugali berasal dari kata Gali, yang diartikan sebagai orang yang hidupnya liar dijalanan dan melawan hukum. Kata Gali sendiri ada yang mengartikan sebagai Gerombolan Anak Liar.

20. Tuan Polan
Nama fiktif ini disebutkan dua kali oleh Iwan Fals yaitu pada lagu Jangan Bicara dari album Barang Antik (1984) dan pada lagu Lancar dari album Lancar (1987). Nama Tuan Polan sama penggambarannya. Disini Iwan Fals mengisahkan Tuan Polan sebagai orang kaya raya yang tidak peduli pada nasib orang miskin dan kerjanya hanya menumpuk harta dengan segala cara.
(Masih adakah tuan Polan disekitar kita?)

21. Urip dan Icih
Dua nama rekaan ini terdapat dalam lagu Jangan Bicara dari album Barang Antik (1984). Urip dan Icih dikisahkan oleh Iwan Fals sebagai pegawai rendahan yang hidupnya tergantung apa kata pimpinan. Si Urip digambarkan sedang meratap di teras marmer direktur murtad. Sedangkan si Icih sedih diranjang empuk waktu majikannya menindih.
(Kalau si Urip, jaksa korup yang sekarang ditahan jelas beda dengan Urip diatas kan?. Urip yang sekarang maling)

22. Tante Lisa
Nama fiktif ini dikisahkan dalam lagu berjudul Tante Lisa dari album Barang Antik (1984). Tante Lisa dikisahkan sebagai seorang janda muda yang cantik dan menarik. Kerjaannya mengejar laki-laki kaya setelah diceraikan suaminya akibat terpergok selingkuh dengan tetangganya. Lagu karya Dama yang dinyanyikan Iwan Fals dengan irama country ini memberi pesan moral kepada orang seperti tante Lisa agar menyadari bahwa kehidupan terus berjalan, dan usia pasti bertambah. Kecantikan hanya sementara dan tidak akan abadi.

23. Budi
Nama ini ada dalam lagu Sore Tugu Pancoran dari album dengan judul yang sama (1985). Iwan Fals menggambarkan tokoh fiktif yang dipanggil dengan sebutan Si Budi Kecil ini sebagai penjual koran di persimpangan jalan Tugu Pancoran – Jakarta. Si Budi kecil menjual koran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sedangkan dia masih bersekolah. Dan pekerjaan ini menyita waktunya untuk belajar dan mengerjakan tugas sekolah. Hingga di akhir lirik Iwan Fals bertanya sanggupkah si Budi diam di dua sisi.
Sampai saat ini masih banyak kita jumpai Budi-Budi kecil di persimpangan jalan kota-kota diseluruh pelosok negeri ini. Kemana pemerintah? Sibuk dengan politik dan uang hingga melupakan nasib generasi penerus bangsa.

24. Tince Sukarti binti Mahmud
Nama tokoh ini ada dalam lagu dengan judul yang sama dari album Sore Tugu Pancoran (1985). Tince Sukarti adalah tokoh khayalan Iwan Fals yang dikisahkan berwajah cantik sebab campuran dari ayah Arab dan ibu Cina. Tince adalah kembang desa yang bermimpi menjadi tenar sebagai penyanyi di kota.
Dengan modal bisa bernyanyi dan bujuk rayu seseorang yang digambarkan Iwan Fals sebagai makelar penyanyi, Tince berangkat mengadu nasib di kota dengan janji akan diorbitkan walau tanpa restu kedua orang tuanya. Namun rupanya neng Karti ditipu oleh makelar penyanyi tersebut. Akhirnya kembang desa dalam imajinasi Iwan Fals itu layu tak lagi wangi seperti dulu.

25. Willy
Nama ini menjadi judul lagu Iwan Fals dalam album Ethiopia (1986). Willy adalah nama panggilan untuk penyair terkenal Indonesia Willibrordus Surendra Broto Rendra yang lebih kita kenal dengan WS. Rendra. Dalam lagu ini Iwan Fals seperti kehilangan figur seorang Rendra. Ia bertanya dimanakah gerangan dirinya yang dulu, dimana lantang suaranya.
Si anjing liar dari Jogjakarta, begitu julukan yang diberikan untuk WS. Rendra yang terkenal dengan puisi-puisinya yang keras mengkritisi keadaan sosial dan politik Indonesia. Pada masa itu, Rendra sedang menyendiri entah dimana sebab dikabarkan dia mendapat ancaman dari pemerintah untuk menghentikan membuat karya puisi yang menyindir pemerintah saat itu. Rendra adalah sahabat Iwan Fals, wajar bila Iwan merasa kehilangan seorang yang sejalan pemikiran dengannya walau lewat media yang berbeda.
Pada sebuah kesempatan konser tunggal yang ditayangkan live di TV tahun 2004, Iwan Fals menyanyikan lagu ini. Ditengah lagu, mata Iwan Fals berkaca-kaca dan seperti meneteskan air mata. Iwan sempat tidak bersuara untuk beberapa saat meski musik terus mengalun. Tentu ada kenangan yang mendalam untuk Iwan Fals tentang lagu ini dan figur penyair Rendra yang dikisahkan.

26. Gali Gongli
Tokoh fiksi Gali Gongli ada dalam lagu dengan judul yang sama dari album Aku Sayang Kamu (1986). Gali Gongli dikisahkan sebagai lelaki berandalan usia belasan yang hobinya berjudi dan mabuk-mabukan. Dia hidup di lokalisasi pelacuran. Ibunya seorang pelacur dan bapaknya entah dimana dan entah siapa.

27. Guru Zirah
Ini adalah nama rekaan Iwan Fals yang dijadikan judul lagu dalam album Wakil Rakyat (1987). Guru Zirah digambarkan sebagai guru muda yang cantik dan seorang murid menaruh hati padanya.
Dalam lagu yang kocak ini Iwan Fals masih menyelipkan kalimat-kalimat kritis, seperti dia menggambarkan andai Zirah menjadi pacarnya maka dia akan mengajak ke tempat yang murah meriah seperti ke kebun binatang untuk pacaran. Sebab dia tahu kalau gaji seorang guru hanya cukup untuk beli tahu.

28. Kho Ping Hoo
Nama tokoh ini terdapat dalam lagu Teman Kawanku Punya Teman dari album Wakil Rakyat (1987). Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo adalah pembuat serial komik silat dari Indonesia yang sangat terkenal pada tahun 80-an. Hingga sekarang serial komik Kho Ping Hoo masih dicetak, dijual dan dikoleksi.
Dalam lagu ini Iwan Fals bercerita tentang mahasiswa yang berlagak sok pintar. Namun dalam kesehariannya lebih asik membaca buku komik Kho Ping Hoo. Dan kenyataannya di akhir kuliah dia lulus dengan skripsi yang dibeli, bukan dari buah pikirannya sendiri.
(Saat inipun masih banyak sarjana model begini, termasuk pejabatnya banyak yang dapet gelar dari membeli ijazah saja)

29. Durno dan Bimo
Kedua tokoh ini terdapat dalam lagu Nak yang ada di album 1910 (1988). Tokoh tokoh ini ada dalam dunia perwayangan. Durno / Druna adalah guru yang pandai mengembangkan seni pertempuran. Dalam perwayangan Jawa, Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam berperang.
Sedangkan Bimo memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya.
Dalam lagu ini Iwan Fals seperti mengolok-olok secara kritis pada generasi muda agar menjadi orang yang berguna.



29. Durno dan Bimo
Kedua tokoh ini terdapat dalam lagu Nak yang ada di album 1910 (1988). Tokoh tokoh ini ada dalam dunia perwayangan. Durno / Druna adalah guru yang pandai mengembangkan seni pertempuran. Dalam perwayangan Jawa, Drona berwatak tinggi hati, sombong, congkak, bengis, banyak bicaranya, tetapi kecakapan, kecerdikan, kepandaian dan kesaktiannnya luar biasa serta sangat mahir dalam berperang.
Sedangkan Bimo memiliki sifat gagah berani, teguh, kuat, tabah, patuh dan jujur, serta menganggap semua orang sama derajatnya.
Dalam lagu ini Iwan Fals seperti mengolok-olok secara kritis pada generasi muda agar menjadi orang yang berguna.

30. Westerling
Nama tokoh ini ada di lagu Pesawat Tempur dalam album 1910 (1988). Raymond Pierre Paul Westerling (Istanbul, Turki, 31 Agustus 1919–Purmerend, Belanda, 26 November 1987) adalah komandan pasukan Belanda yang terkenal karena memimpin Pembantaian Westerling (1946-1947) di Sulawesi Selatan dan percobaan kudeta APRA (Angkatan Perang Ratu Adil) di Bandung, Jawa Barat.
Dalam lagu ini nama Westerling hanya numpang lewat ketika Iwan Fals mencibir pasangannya yang hanya tersenyum dan dikatakan kalau hanya senyum, Westerling juga bisa.

31. Bento
Tokoh rekaan ini tentu sudah tidak asing ditelinga kita. Nama Bento ada pada lagu dengan judul yang sama dari album Swami (1989). Bento disini dikisahkan sebagai seorang yang tampan, berkuasa dan kaya raya.
Namun Bento ternyata licik, dia memanfaatkan kekuasaannya untuk menumpuk kekayaan, menipu dan menerima upeti. Dalam kesehariannya Bento menutupi keburukannya dengan selalu bicara soal moral dan keadilan.
Hingga saat ini kita masih sering menyaksikan Bento-Bento kesiangan yang berkoar di seluruh media.

32. Ronggowarsito
Nama ini terdapat dalam lagu Condet dari album Swami (1989). Raden Ngabehi Ronggowarsito (lahir: Surakarta, 1802 – wafat: Surakarta, 1873) adalah pujangga besar budaya Jawa yang hidup di Kasunanan Surakarta. Ia dianggap sebagai pujangga terakhir tanah Jawa.
Dalam lagu ini Iwan Fals menceritakan ketimpangan dalam hidup dahulu dan sekarang. Dahulu segalanya indah dan damai, sekarang seperti semuanya kacau dan tidak tertata. Kemajuan teknologi yang tidak terkendali memberi dampak negatif untuk kehidupan seperti penipisan lapisan ozon.
Nama Ronggowarsito diibaratkan sebagai kondisi masa lalu. Kemudian dibandingkan dengan sekarang dimana orang lebih mengagumi jeritan dan gemuruh dari grup band Rolling Stones.

33. Paman Doblang
Nama rekaan ini menjadi judul lagu yang ada dalam album Kantata Takwa (1990). Paman Doblang dikisahkan sebagai seorang yang tidak mendapatkan keadilan. Dia menerima fitnah lalu dituduh salah dan dipenjara begitu saja tanpa pengadilan oleh penguasa. Lalu paman Doblang hanya bisa pasrah dan berdoa.

34. Cikal
Cikal adalah nama putri kedua Iwan Fals (Anissa Cikal Rambu Basae). Nama ini menjadi judul lagu yang terdapat dalam album Cikal (1991). Lagu ini memuat lirik yang sangat sulit dimengerti. Tidak banyak yang bisa diceritakan dari lirik dalam lagu ini yang tidak satupun menyebut kata Cikal. Pemahaman tentang lirik lagu ini tentu berbeda.
Pesan moral yang terdapat dalam lirik lagu ini begitu indah untuk diresapi bagi kita manusia yang mau berpikir pada kenyataan bahwa kita lahir dengan kesucian. Pengaruh lingkungan akan membawa kita kepada jalan apa saja yang dipilih. Mendidik seorang anak sangat penting, agar kelak dia dapat membuat kita bangga.
Sepenggal penjelasan itu bisa menggambarkan kejeniusan Iwan Fals dalam menulis lirik lagu.

35. Yani
Dalam lagu Untuk Yani di album Cikal (1991), nama ini hanya terdapat dalam judulnya saja. Tidak banyak yang mengenal tokoh ini. Sebuah informasi mengatakan bahwa Yani bernama Arahmaiani, seorang aktifis peduli lingkungan hidup. Dia juga seorang senirupa instalasi art ITB.

36. Bram
Dalam lagu Untuk Bram di album Cikal (1991), seperti lagu Untuk Yani, nama Bram hanya menjadi judul. Iwan Fals dalam sebuah konsernya sebelum menyanyikan lagu ini menyinggung kalau nama Bram adalah panggilan akrab Mahesa Ibrahim, musisi yang ikut terlibat dalam album ini.

37. Ramang, Kadir, Rully, Ricky, Ronny, Herry, Nobon, Juki, Cipto, Iswadi, Yudo dan Paslah
Nama-nama diatas adalah legenda sepakbola Indonesia yang dikutip dalam lagu Mereka Ada Di Jalan dari album Belum Ada Judul (1992). Iwan Fals berkisah tentang olahraga sepakbola yang semakin tersisihkan di kota-kota besar. Sarana untuk bermain bola tergusur oleh pembangunan. Tanah lapang menjadi rebutan untuk didirikan gedung. Sehingga anak-anak kecil di perkotaan kesulitan mendapatkan sarana untuk berolahraga. Sebuah lagu yang tajam mengkritisi tentang ketidakseimbangan pembangunan yang melupakan sarana bermain hanya demi keuntungan belaka. Kesenjangan hidup di kota besar juga digambarkan dengan kalimat, "Anak kota tak mampu beli sepatu".
Iwan Fals bercerita tentang anak-anak kecil yang bermain bola di lapangan yang terbentuk bekas penggusuran. Anak-anak kecil itu begitu bersemangat bermain bola hingga Iwan Fals mengandaikan mereka seperti tokoh legenda sepakbola Indonesia masa lalu yang mampu mengharumkan nama bangsa.

Ramang (karir 1952-1962) (meninggal di Makassar, 26 September 1987) adalah pemain sepak bola Indonesia dari PSM Makassar yang terkenal pada tahun 1950-an. Ia berposisi sebagai penyerang. Dia pernah mengantarkan PSM ke tangga juara pada era Perserikatan serta pernah memperkuat tim nasional sepak bola Indonesia. Era emas pertama diukir oleh Ramang Cs dengan prestasi yang masih dikenang yaitu menahan imbang raksasa Uni Soviet 0-0 di Olimpiade Melbourne 1956.

Abdul Kadir (karir 1968-1975) (lahir: Denpasar, Bali 27 Desember 1949 - meninggal: Jakarta, 4 April 2003) adalah pemain sepak bola legendaris Indonesia. Dia populer dengan julukan si Kancil. Dia pernah mengikuti berbagai pertandingan internasional seperti Merdeka Games tahun 1969, King Cup tahun 1968 dan Piala Aga Khan di Pakistan.

Rully Rudolf Nere (karir 1977-1989) (Papua, 13 Mei 1957) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia dengan posisi gelandang. Ia pernah memperkuat timnas nasional beberapa kali pada periode tahun 1980-an. Dalam kompetisi liga, ia memperkuat Persipura Jayapura.

Ricky Yacob (karir 1982-1993) (lahir: Medan, Sumatera Utara, 12 Maret 1963) adalah seorang pemain sepakbola legendaris Indonesia dengan posisi penyerang. Masa keemasannya terjadi pada paruh kedua dekade 1980-an. Karir sepakbolanya banyak dihabiskan bersama klub Arseto Solo.

Ronny Pattinasarani (alm) (karir 1970-1982) (Makassar, Sulawesi Selatan, 9 Februari 1949) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia yang berposisi sebagai libero. Dia mendapat banyak berprestasi dimasa keemasannya yaitu, Pemain Asia All Star (1982), Olahragawan Terbaik Nasional (1976 dan 1981), Pemain Terbaik Galatama (1979 dan 1980), Medali Perak SEA Games (1979 dan 1981).

Herry Kiswanto (karir 1985-1993) (Kuta Alam, Banda Aceh, 25 April 1955) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Posisinya di lapangan sebagai libero. Dalam karirnya ia hanya pernah mendapat sekali kartu kuning yaitu ketika membela Krama Yudha Tiga Berlian melawan Pelita Jaya di era Galatama.

Nobon Kayamudin (karir 1971-1979) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Dia berposisi sebagai gelandang. Dia juga mendapat julukan Biang Kerok.

Marzuki Nya Mad adalah pemain sepakbola legendaris Indonesia. Dia pernah bermain bagus pada Asian Games 1986. Marzuki Nyak Mad cs (Niac Mitra) juga pernah menahan PSV dengan Eric Gerets dan Ruud Gullit-nya 3-3 di Senayan dalam sebuah pertandingan persahabatan di era 80-an.

Sutjipto Soentoro (alm) adalah pemain sepak bola legendaris Indonesia pada masa 60-an sampai 70-an. Dia menempati posisi sebagai penyerang. Dia juga mendapat julukan si Gareng. Bersama dengan Iswadi Idris, Abdul Kadir, dan Jacob Sihasale, dikenal dengan sebutan "kuartet tercepat di Asia" berkat kecepatan dan kelincahan mereka yang luar biasa.

Iswadi Idris (karir 1968-1980) (Banda Aceh, 18 Maret 1948 – meninggal: Jakarta, 11 Juli 2008) adalah salah satu pemain sepak bola legendaris Indonesia. Pemain yang dijuluki "Boncel" karena tubuhnya relatif pendek (tinggi 165 cm) ini termasuk pemain paling berbakat yang dimiliki Indonesia. Ia memperkuat timnas PSSI sebagai pemain gelandang pada era 1960-an dan 1970-an. Selama menjadi pemain, Bang Is, demikian ia akrab disapa, sangat menggemari nomor punggung 13.

Yudo Hadianto (karir 1961-1974) (Solo, Jawa Tengah, 19 September 1941) adalah salah satu kiper sepak bola legendaris Indonesia era 1960-an dan 1970-an. Pada masanya ia sempat diakui sebagi kiper terbaik Asia.

Ronny Pasla (Medan, 15 April 1947) adalah mantan kiper Indonesia yang berkiprah sekitar tahun 1960’an – awal 1970. Pensiun dari dunia sepak bola di usia 40 tahun. Klub terakhir yang diperkuatnya adalah Indonesia Muda (IM), Jakarta pada 1985. Di Timnas, Ronny pensiun di usia 38 tahun. Saat Timnas Brazil melakoni tur ke Asia pada 1972, Brazil saat itu diperkuat pesepakbola legendaris dunia, Pele, singgah ke Indonesia. Dalam laga tersebut Indonesia kalah 1-2, tapi tetap menjadi momen terindah bagi Ronny, karena berhasil menahan eksekusi penalti Pele.

38. Dalbo
Nama Dalbo menjadi judul lagu dalam album Dalbo (1993). Dalbo sendiri berarti anak genderuwo. Dikisahkan dalam lagu ini Dalbo adalah seorang yang tidak mengenal siapa kedua orang tuanya. Dia hidup sebatang kara tanpa ada yang peduli. Namun dia tidak mau dikatakan sebagai anak haram. Dia lebih suka disebut anak alam.

39. Yos
Nama Yos disebutkan dalam lagu Menunggu Ditimbang Malah Muntah dari album Orang Gila (1994). Yos adalah nama panggilan untuk istri Iwan Fals yang bernama Rossana. Dalam lagu ini Iwan Fals berkisah tentang kesehariannya di rumah.
Dalam kehidupan nyatanya dia gelisah membaca berita surat kabar yang penuh dengan kabar tidak menggembirakan tentang situasi negara ini. Ditengah sendirinya membaca media cetak di kamar mandi sambil buang hajat, Iwan Fals mendengar kedua anaknya (waktu itu, Galang baru datang dari sekolah dan Cikal yang asik bermain sendiri). Setelah itu dia keluar dan melihat kedua anaknya tertidur begitu juga dengan Yos.

40. Udin
Fuad Muhammad Syafruddin yang akrab dipanggil Udin adalah wartawan Harian Bernas, Yogyakarta, yang dianiaya oleh orang tidak dikenal, dan kemudian meninggal dunia. Sebelum kejadian ini, Udin kerap menulis artikel kritis tentang kebijakan pemerintah Orde Baru dan militer. Udin lahir di Bantul pada 18 Februari 1964. Ia menjadi wartawan di Harian Bernas sejak 1986.
Selasa malam, pukul 23.30 WIB, 13 Agustus 1996, ia dianiaya pria tak dikenal di depan rumah kontrakannya, di dusun Gelangan Samalo, Jalan Parangtritis Km 13 Yogyakarta. Udin yang sejak malam penganiayaan itu, terus berada dalam keadaannya koma dan dirawat di RS Bethesda, Yogyakarta. Esok paginya, Udin menjalani operasi otak di rumah sakit tersebut. Namun, dikarenakan parahnya sakit yang diderita akibat pukulan batang besi di bagian kepala itu, akhirnya Udin meninggal dunia pada Jumat, 16 Agustus 1996, pukul 16.50 WIB.
Lagu Buat Penyaksi (Lagu Untuk Udin) berada pada album Kantata Samsara (1998). Perlu untuk diketahui bahwa kasus ini sampai sekarang tidak jelas dimana letak keadilannya. Sebuah kebenaran harus tetap disuarakan walaupun itu pahit.

41. Munir
Tokoh pejuang HAM Indonesia Munir Said Thalib yang tewas dibunuh pada 2004 dengan konspirasi tingkat tinggi menggugah Iwan Fals untuk membuat lagu. Lagu Pulanglah yang terdapat dalam album 50:50 (2007) dipersembahkan untuk perjuangan Munir.
Hingga saat ini pembunuh Munir dan dalangnya tidak jelas kita ketahui, dan sampai tulisan ini diterbitkan, proses pengadilan masih berjalan. Beberapa pejabat yang berwenang seperti lepas tangan dan saling bungkam juga saling melindungi. Beberapa orang yang telah ditangkap dan diadili terkesan hanya sebagai tumbal. Entah apa motif dibalik pembunuhan ini yang melibatkan kepentingan tertentu.
Tapi jangan lupa, sepandai-pandainya menyembunyikan bangkai, suatu saat baunya pasti tercium.

42. Gandhi
Dalam lagu Rubah dari album 50:50 (2007), Iwan Fals mengkritisi situasi saat ini dimana perubahan kehidupan sosial semakin jelas dirasa. Nama Mahatma Gandhi seorang tokoh dari India disebut disini. Mohandas Karamchand Gandhi (2 Oktober 1869—30 Januari 1948) adalah seorang pemimpin spiritual dan politikus dari India.
Pada masa kehidupan Gandhi, banyak negara yang merupakan koloni Britania Raya. Penduduk di koloni-koloni tersebut mendambakan kemerdekaan agar dapat memerintah negaranya sendiri.
Gandhi adalah salah seorang yang paling penting yang terlibat dalam Gerakan Kemerdekaan India. Dia adalah aktivis yang tidak menggunakan kekerasan, yang mengusung gerakan kemerdekaan melalui aksi demonstrasi damai.
Iwan Fals mengungkapkan bahwa banyak orang mencari figur seperti Gandhi, namun yang didapat adalah komedi. Yang dimaksud komedi adalah tokoh-tokoh yang suka memutar balikkan fakta dan bicara tidak sesuai dengan kenyataan alias tukang tipu, sehingga kita sering tertawa sendiri menyaksikan kekonyolan itu.

43. Azahari
Masih dalam lagu Rubah dari album 50:50 (2007), tokoh Doktor Azahari disebutkan oleh Iwan Fals. Azahari adalah tokoh yang dituduh merancang beberapa kasus pengeboman di Indonesia. Dan dia dikabarkan tewas dalam sebuah penggerebekan oleh polisi di tahun 2005.
Dalam liriknya Iwan Fals berkata orang menantikan hadirnya suatu revolusi yang merubah kehidupan sosial disini menjadi lebih baik, namun yang hadir adalah Azahari. Yang dimaksud disini adalah teror bom yang meresahkan.